Susu Bukan Pemicu Kegemukan
Rabu, 30 Maret, 2005 oleh: Siswono
Susu Bukan Pemicu Kegemukan
Gizi.net - Selama susu mengandung asam lemak susu, yang disebut asam linoleat terkonjugasi (ALT) dan fosfolipid, masyarakat tak perlu khawatir gemuk bila meminum susu tersebut. Anda takut minum susu karena khawatir gemuk? Anda tidak sendirian. Banyak orang yang menganggap susu sebagai pemicu kegemukan. Tak heran bila angka konsumsi susu di Indonesia berada pada posisi memprihatinkan.
Hasil survei The International Data Base (IDB) tahun 2004 menunjukkan, dalam setahun Indonesia hanya mampu mengonsumsi 425 miliar liter. Sementara India mampu mengonsumsi susu sebanyak 44,8 triliun liter, Amerika 22,8 triliun liter, dan Cina 8,8 triliun liter. Artinya, di Indonesia rata-rata per kapita hanya mengonsumsi 1,8 liter per tahun, India 42,1 liter, Amerika 78,1 liter, dan Cina 6,8 liter. Hampir lima tahun ini wajah data tersebut tidak pernah berubah.
Pakar Gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Made Astawan mengatakan, selain faktor ekonomi ada anggapan dari masyarakat bahwa susu dapat memicu kegemukan. Apalagi bagi kaum wanita yang sangat ketakutan dengan kegemukan. Yang lebih memprihatinkan lagi, susu tidak lagi dianggap sebagai minuman yang mengandung gizi sempurna.
Padahal, dugaan-dugaan tersebut tidak benar. Pasalnya, pada susu sapi terkandung unsur gizi yang mampu menjaga kestabilan kualitas dan berat tubuh manusia. Pada sebuah wisata pengetahuan tentang susu di PT Ultra Jaya, Bandung, belaum lama ini tertungkap, pada setiap susu sapi segar sedikitnya mengandung 25 nilai gizi dan 18 jenis asam lemak.
Dalam susu terdapat tiga kandungan gizi dan asam lemak susu yang cukup penting untuk tubuh manusia, yakni asam butirat, asam linoleat terkonjugasi (ALT), dan fosfolipid. Asam butirat berfungsi untuk meningkatkan daya cerna tubuh. Bahkan, asam butirat mampu mencegah bibit kanker usus besar. Karena, asam tersebut berguna membantu pertumbuhan bakteri baik (bersifat prebiotik).
Sementara ALT dan fosfolipid mampu menghindarkan tumor, menurunkan risiko kanker, hipertensi, diabetes, dan mampu merangsang otak. Dua asam lemak susu tersebut secara otomatis juga akan mampu mengontrol lemak dan perkembangan berat badan. Dengan demikian jumlah lemak yang masuk ke dalam tubuh akan tersaring oleh ALT dengan sendirinya.
Dengan dua asam tersebut, kata Made, masyarakat tidak perlu lagi khawatir gemuk akibat minum susu. ''Memang bila susu tidak mengandung asam butirat dan ALT maka pasti akan memicu kegemukan,'' ujarnya.
Suka susu bubuk Informasi seputar kandungan gizi dalam susu tampaknya belum tersosialisasi dengan baik ke masyarakat. Wajar, lanjut Made, bila pola pikir masyarakat masih cenderung tradisional. Pada sebuah penelitiannya Made menemukan kebiasan unik pada warga Indonesia dalam mengonsumsi susu.
Masyarakat kita, lanjut dia, lebih suka meminum susu bubuk ketimbang langsung meminum susu cair. Kebiasaan menyeduh susu bubuk dan gula dengan menggunakan air panas merupakan sebuah daya tarik. Bahkan, kebanyakan warga merasa tidak afdal bila meminum susu tanpa melalui proses penyeduhan.
Data dari IDB menyebutkan, sebanyak 88,2 persen dari 425 miliar liter susu yang dikonsumsi oleh warga Indonesia berasal dari susu bubuk. Padahal, jelas Made, kandungan gizi pada susu bubuk jauh lebih kecil ketimbang susu cair. Pembuatan susu bubuk membutuhkan proses pengeringan dengan suhu 180 derajat Celcius selama dua jam. Sementara susu cair hanya diproses dengan suhu 140 derajat Celcius selama empat detik.
Kandungan gizi
Masih dikatakan Made, kebutuhan gizi di Indonesia masih memprihatinkan. Dari angka kecukupan gizi (AKG) protein yang dibutuhkan per kapita per hari sebanyak 4,9 gram, yang mampu terpenuhi dari susu baru sebanyak 0,64 gram. Sementara kandungan vitamin dari susu yang dibutuhkan oleh tubuh manusia setiap hari sebanyak 2 mg untuk vitamin A, 2 mg untuk vitamin B1, 4 mg untuk B2, vitamin C sebanyak 100 mg, dan 0,01 mg untuk vitamin D.
Susu banyak memberikan manfaat bagi tubuh. Karena, kata Made, hingga saat ini susu merupakan makanan yang paling sempurna kandungan gizinya. Menurutnya, kalau ada iklan susu yang menonjolkan kandungan gizi tertentu itu sangat masuk akal. Kandungan gizi dalam susu yang dijadikan daya tarik di antaranya kalsium, sphingomyelin, kasein, dan whey. Tanpa melalui olahan apa pun, kandungan protein tersebut sudah ada dengan sendirinya pada setiap susu.
(san )
Saturday, September 30, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment