Susu Bukan Pemicu Kegemukan
Rabu, 30 Maret, 2005 oleh: Siswono
Susu Bukan Pemicu Kegemukan
Gizi.net - Selama susu mengandung asam lemak susu, yang disebut asam linoleat terkonjugasi (ALT) dan fosfolipid, masyarakat tak perlu khawatir gemuk bila meminum susu tersebut. Anda takut minum susu karena khawatir gemuk? Anda tidak sendirian. Banyak orang yang menganggap susu sebagai pemicu kegemukan. Tak heran bila angka konsumsi susu di Indonesia berada pada posisi memprihatinkan.
Hasil survei The International Data Base (IDB) tahun 2004 menunjukkan, dalam setahun Indonesia hanya mampu mengonsumsi 425 miliar liter. Sementara India mampu mengonsumsi susu sebanyak 44,8 triliun liter, Amerika 22,8 triliun liter, dan Cina 8,8 triliun liter. Artinya, di Indonesia rata-rata per kapita hanya mengonsumsi 1,8 liter per tahun, India 42,1 liter, Amerika 78,1 liter, dan Cina 6,8 liter. Hampir lima tahun ini wajah data tersebut tidak pernah berubah.
Pakar Gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Made Astawan mengatakan, selain faktor ekonomi ada anggapan dari masyarakat bahwa susu dapat memicu kegemukan. Apalagi bagi kaum wanita yang sangat ketakutan dengan kegemukan. Yang lebih memprihatinkan lagi, susu tidak lagi dianggap sebagai minuman yang mengandung gizi sempurna.
Padahal, dugaan-dugaan tersebut tidak benar. Pasalnya, pada susu sapi terkandung unsur gizi yang mampu menjaga kestabilan kualitas dan berat tubuh manusia. Pada sebuah wisata pengetahuan tentang susu di PT Ultra Jaya, Bandung, belaum lama ini tertungkap, pada setiap susu sapi segar sedikitnya mengandung 25 nilai gizi dan 18 jenis asam lemak.
Dalam susu terdapat tiga kandungan gizi dan asam lemak susu yang cukup penting untuk tubuh manusia, yakni asam butirat, asam linoleat terkonjugasi (ALT), dan fosfolipid. Asam butirat berfungsi untuk meningkatkan daya cerna tubuh. Bahkan, asam butirat mampu mencegah bibit kanker usus besar. Karena, asam tersebut berguna membantu pertumbuhan bakteri baik (bersifat prebiotik).
Sementara ALT dan fosfolipid mampu menghindarkan tumor, menurunkan risiko kanker, hipertensi, diabetes, dan mampu merangsang otak. Dua asam lemak susu tersebut secara otomatis juga akan mampu mengontrol lemak dan perkembangan berat badan. Dengan demikian jumlah lemak yang masuk ke dalam tubuh akan tersaring oleh ALT dengan sendirinya.
Dengan dua asam tersebut, kata Made, masyarakat tidak perlu lagi khawatir gemuk akibat minum susu. ''Memang bila susu tidak mengandung asam butirat dan ALT maka pasti akan memicu kegemukan,'' ujarnya.
Suka susu bubuk Informasi seputar kandungan gizi dalam susu tampaknya belum tersosialisasi dengan baik ke masyarakat. Wajar, lanjut Made, bila pola pikir masyarakat masih cenderung tradisional. Pada sebuah penelitiannya Made menemukan kebiasan unik pada warga Indonesia dalam mengonsumsi susu.
Masyarakat kita, lanjut dia, lebih suka meminum susu bubuk ketimbang langsung meminum susu cair. Kebiasaan menyeduh susu bubuk dan gula dengan menggunakan air panas merupakan sebuah daya tarik. Bahkan, kebanyakan warga merasa tidak afdal bila meminum susu tanpa melalui proses penyeduhan.
Data dari IDB menyebutkan, sebanyak 88,2 persen dari 425 miliar liter susu yang dikonsumsi oleh warga Indonesia berasal dari susu bubuk. Padahal, jelas Made, kandungan gizi pada susu bubuk jauh lebih kecil ketimbang susu cair. Pembuatan susu bubuk membutuhkan proses pengeringan dengan suhu 180 derajat Celcius selama dua jam. Sementara susu cair hanya diproses dengan suhu 140 derajat Celcius selama empat detik.
Kandungan gizi
Masih dikatakan Made, kebutuhan gizi di Indonesia masih memprihatinkan. Dari angka kecukupan gizi (AKG) protein yang dibutuhkan per kapita per hari sebanyak 4,9 gram, yang mampu terpenuhi dari susu baru sebanyak 0,64 gram. Sementara kandungan vitamin dari susu yang dibutuhkan oleh tubuh manusia setiap hari sebanyak 2 mg untuk vitamin A, 2 mg untuk vitamin B1, 4 mg untuk B2, vitamin C sebanyak 100 mg, dan 0,01 mg untuk vitamin D.
Susu banyak memberikan manfaat bagi tubuh. Karena, kata Made, hingga saat ini susu merupakan makanan yang paling sempurna kandungan gizinya. Menurutnya, kalau ada iklan susu yang menonjolkan kandungan gizi tertentu itu sangat masuk akal. Kandungan gizi dalam susu yang dijadikan daya tarik di antaranya kalsium, sphingomyelin, kasein, dan whey. Tanpa melalui olahan apa pun, kandungan protein tersebut sudah ada dengan sendirinya pada setiap susu.
(san )
Saturday, September 30, 2006
KEGEMUKAN
Kenapa dengan kegemukan ?
banyak diantara kita gemuk ya kan?
ada yang gemuk dari kecil bahkan ada yang menyangka gak akan pernah gemuk tapi karena hamil atau suatu hal jadi gemuk juga ....hehehee
nih ada artikel mengenai kegemukan
enjoy ya
Delapan Kiat Hindari Kegemukan!
Rabu, 31 Maret, 2004 oleh: Gsianturi
Delapan Kiat Hindari Kegemukan!
Gizi.net - Masalah kegemukan selalu dikaitkan pada keturunan. Padahal, kegemukan lebih sering diakibatkan oleh kebiasaan makan yang kurang sehat dan kurang berolahraga. Delapan kiat sederhana berikut mudah-mudahan berguna untuk mengatasinya.
Menurut F.G. Winarno, ilmuwan senior dari IPB, menjaga berat badan yang sehat seharusnya sudah dimulai sejak bayi lahir. Bayi harus dijaga agar tidak terlalu gemuk.
Bayi dan anak-anak yang pertumbuhannya lebih dipercayakan kepada pembantu biasanya mengalami pertumbuhan terlalu cepat, salah satu di antaranya adalah terlalu gemuk. Tragisnya, banyak ibu yang justru merasa bahagia melihat anaknya endut sekali. Padahal, anak-anak yang terlalu gemuk akan memiliki sel lemak yang berlipat ganda sejak bayi. Jumlah sel lemak tersebut akan dipertahankan sampai tua. Bila kelak dewasa dan makan terlalu banyak, sel-sel tersebut mudah mengembang. Badan mudah menjadi gemuk dan kelak dapat berkembang menjadi obesitas.
Problem Nasional
Di Amerika Serikat (AS), penanggulangan dan pengobatan terhadap gejala obesitas ternyata sangat sulit dilakukan.
Kadar kegagalannya sekitar 90-95 persen. Padahal, hasil penelitian yang dilakukan National Obesity Forum menunjukkan bahwa berdasarkan penelitian psikologi, anak-anak yang kegemukan memiliki kecenderungan angka lebih rendah terhadap kebahagiaan, kepuasan, dan kepercayaan diri dibandingkan dengan anak yang sehat dan langsing.
Tak seperti di Indonesia yang belum menjadi masalah nasional, para aktivis kesehatan di AS mengampanyekan agar segera dilakukan tindakan nyata untuk mengatasi peningkatan kasus obesitas atau kegemukan. Apalagi setelah muncul laporan bahwa kondisi kegemukan di dunia telah mencapai tingkat yang membahayakan.
Dalam data National Obesity Forum disebutkan bahwa kegemukan saat ini menyumbangkan hingga 30.000 kematian per tahun, demikian pemberitaan situs internet Gloria Cyber Ministries. Ian Campbell, ketua National Obesity Forum, mengatakan, "Kegemukan adalah salah satu masalah besar dan banyak dokter yang enggan untuk menyisihkan waktu dan energi mereka untuk mengendalikan angka kegemukan ini."
Kata Campbell, ada banyak alasan untuk masalah ini. Misalnya, banyak dokter yang belum menerima atau mengerti bahwa kegemukan termasuk juga salah satu penyakit serius.
Kasus kegemukan juga menjadi masalah besar terutama pada anak-anak di negara yang ekonominya sudah maju atau berkembang. Di Singapura misalnya, 13 persen anak-anak usia sekolah (6-12 tahun) mengalami kegemukan atau obesitas. Keadaan yang sama terjadi di Malaysia, Hong Kong, dan juga dialami masyarakat Indonesia di daerah perkotaan yang makmur.
Jika langkah-langkah nyata untuk mengatasi kegemukan itu tak dilakukan, diperkirakan satu dari lima pria dan sekitar seperempat dari seluruh wanita yang ada dapat mengalami kegemukan dalam tiga tahun mendatang. Prof. Philip James, Ketua The International Obesity TaskForce, mengatakan hal paling penting adalah mengatasi kegemukan di usia anak-anak dengan segera.
Memicu Osteoporosis
David Ludwig dari rumah sakit anak-anak di Boston, seperti dikutip Reuters, menemukan bahwa 57 persen anak-anak mengonsumsi minuman ringan di hampir setiap hidangan. Dampaknya, mereka menjadi kekurangan kalsium.
Suatu penelitian yang diterbitkan pada Februari 2001 misalnya, menemukan anak-anak perempuan yang meminum banyak soda akan kekurangan kalsium. Dampaknya, mereka akan mengalami osteoporosis di masa tua.
Untuk menghindarkan diri dari kecenderungan menjadi gemuk perlu diingat bahwa lemak di piring kita sebagian besar akan disimpan menjadi lemak di dalam tubuh. Dengan demikian, tubuh dapat menjadi cepat gemuk.
Berikut beberapa kiat yang dapat dilakukan untuk menghindari kegemukan:
Jangan yang digoreng. Masaklah mi dalam air, jangan digoreng. Begitu juga dengan nasi. Sajikan nasi yang ditanak/dikukus, jangan yang digoreng. Memilih daging juga lebih baik yang dipanggang.
Kunyah perlahan. Kunyahlah makanan secara perlahan-lahan dan cobalah menikmati makanan sewaktu berada dalam mulut. Dengan demikian akan menyebabkan lambung cepat kenyang dan membantu mencegah makan terlalu banyak. Nasihat lama yang masih boleh diikuti, kunyahlah makanan setidaknya 32 kali sebelum menelannya.
Ambil sedikit. Ambillah makanan pertama sedikit mungkin ke dalam piring Anda. Tambah sedikit demi sedikit bila masih lapar. Cara ini dilakukan agar Anda tidak merasa terpaksa harus menghabiskan makanan yang sudah berada di piring.
Tinggalkan meja setelah selesai. Diimbau untuk segera meninggalkan meja makan setelah selesai dan jangan dilanjutkan dengan mengobrol. Ini dilakukan untuk menghindarkan diri dari iseng atau keinginan ngemil dan mengambil makanan dari sana-sini sehingga tak terasa perut menjadi terlalu kenyang.
Hindari kadar gula dan lemak tinggi. Hindari makanan berkadar gula dan lemak tinggi seperti cake cokelat, kue-kue (pastries), lemak hewan, mentega, fullcream milk, jeroan, dan lain-lain.
Konsumsi banyak buah. Mengonsumsi banyak buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, dan karbohidrat dapat menjaga jumlah kalori yang masuk agar sesuai dengan kebutuhan.
Waspadai minuman bersoda. Anak-anak yang mengonsumsi minuman ringan bergula berisiko tinggi mengalami kegemukan. Laporan para peneliti Amerika yang diterbitkan oleh The British Medical Journal The Lancet, remaja AS perlu segera mengurangi minuman bersoda dan junk food yang berisiko mengganggu kesehatan. "Kami menemukan selalu ada minuman ringan di setiap hidangan tambahan, dan risiko kegemukan meningkat kira-kira 50 persen," kata Ludwig.
Kurangi menonton televisi. "Kegemukan pada anak-anak diakibatkan oleh banyak faktor. Tidak ditekankan hanya pada satu faktor, yaitu minuman ringan dan masalah gizi, melainkan juga kebiasaan seperti menonton televisi," ungkap Ludwig. Membanjirnya acara di televisi, termasuk film-film kartun dan telenovela, membuat anak-anak dan ibu rumah tangga semakin lama duduk di depan televisi sambil ngemil. Keadaan demikian mendorong tubuh kurang gerak dan mudah menjadi gemuk.
Dari 4.771 wanita yang diteliti di Singapura, mereka yang menonton televisi tiga sampai empat jam sehari berpeluang dua kali lipat menjadi gemuk dibanding kelompok yang jarang menonton televisi. (Donny Anggoro)
banyak diantara kita gemuk ya kan?
ada yang gemuk dari kecil bahkan ada yang menyangka gak akan pernah gemuk tapi karena hamil atau suatu hal jadi gemuk juga ....hehehee
nih ada artikel mengenai kegemukan
enjoy ya
Delapan Kiat Hindari Kegemukan!
Rabu, 31 Maret, 2004 oleh: Gsianturi
Delapan Kiat Hindari Kegemukan!
Gizi.net - Masalah kegemukan selalu dikaitkan pada keturunan. Padahal, kegemukan lebih sering diakibatkan oleh kebiasaan makan yang kurang sehat dan kurang berolahraga. Delapan kiat sederhana berikut mudah-mudahan berguna untuk mengatasinya.
Menurut F.G. Winarno, ilmuwan senior dari IPB, menjaga berat badan yang sehat seharusnya sudah dimulai sejak bayi lahir. Bayi harus dijaga agar tidak terlalu gemuk.
Bayi dan anak-anak yang pertumbuhannya lebih dipercayakan kepada pembantu biasanya mengalami pertumbuhan terlalu cepat, salah satu di antaranya adalah terlalu gemuk. Tragisnya, banyak ibu yang justru merasa bahagia melihat anaknya endut sekali. Padahal, anak-anak yang terlalu gemuk akan memiliki sel lemak yang berlipat ganda sejak bayi. Jumlah sel lemak tersebut akan dipertahankan sampai tua. Bila kelak dewasa dan makan terlalu banyak, sel-sel tersebut mudah mengembang. Badan mudah menjadi gemuk dan kelak dapat berkembang menjadi obesitas.
Problem Nasional
Di Amerika Serikat (AS), penanggulangan dan pengobatan terhadap gejala obesitas ternyata sangat sulit dilakukan.
Kadar kegagalannya sekitar 90-95 persen. Padahal, hasil penelitian yang dilakukan National Obesity Forum menunjukkan bahwa berdasarkan penelitian psikologi, anak-anak yang kegemukan memiliki kecenderungan angka lebih rendah terhadap kebahagiaan, kepuasan, dan kepercayaan diri dibandingkan dengan anak yang sehat dan langsing.
Tak seperti di Indonesia yang belum menjadi masalah nasional, para aktivis kesehatan di AS mengampanyekan agar segera dilakukan tindakan nyata untuk mengatasi peningkatan kasus obesitas atau kegemukan. Apalagi setelah muncul laporan bahwa kondisi kegemukan di dunia telah mencapai tingkat yang membahayakan.
Dalam data National Obesity Forum disebutkan bahwa kegemukan saat ini menyumbangkan hingga 30.000 kematian per tahun, demikian pemberitaan situs internet Gloria Cyber Ministries. Ian Campbell, ketua National Obesity Forum, mengatakan, "Kegemukan adalah salah satu masalah besar dan banyak dokter yang enggan untuk menyisihkan waktu dan energi mereka untuk mengendalikan angka kegemukan ini."
Kata Campbell, ada banyak alasan untuk masalah ini. Misalnya, banyak dokter yang belum menerima atau mengerti bahwa kegemukan termasuk juga salah satu penyakit serius.
Kasus kegemukan juga menjadi masalah besar terutama pada anak-anak di negara yang ekonominya sudah maju atau berkembang. Di Singapura misalnya, 13 persen anak-anak usia sekolah (6-12 tahun) mengalami kegemukan atau obesitas. Keadaan yang sama terjadi di Malaysia, Hong Kong, dan juga dialami masyarakat Indonesia di daerah perkotaan yang makmur.
Jika langkah-langkah nyata untuk mengatasi kegemukan itu tak dilakukan, diperkirakan satu dari lima pria dan sekitar seperempat dari seluruh wanita yang ada dapat mengalami kegemukan dalam tiga tahun mendatang. Prof. Philip James, Ketua The International Obesity TaskForce, mengatakan hal paling penting adalah mengatasi kegemukan di usia anak-anak dengan segera.
Memicu Osteoporosis
David Ludwig dari rumah sakit anak-anak di Boston, seperti dikutip Reuters, menemukan bahwa 57 persen anak-anak mengonsumsi minuman ringan di hampir setiap hidangan. Dampaknya, mereka menjadi kekurangan kalsium.
Suatu penelitian yang diterbitkan pada Februari 2001 misalnya, menemukan anak-anak perempuan yang meminum banyak soda akan kekurangan kalsium. Dampaknya, mereka akan mengalami osteoporosis di masa tua.
Untuk menghindarkan diri dari kecenderungan menjadi gemuk perlu diingat bahwa lemak di piring kita sebagian besar akan disimpan menjadi lemak di dalam tubuh. Dengan demikian, tubuh dapat menjadi cepat gemuk.
Berikut beberapa kiat yang dapat dilakukan untuk menghindari kegemukan:
Jangan yang digoreng. Masaklah mi dalam air, jangan digoreng. Begitu juga dengan nasi. Sajikan nasi yang ditanak/dikukus, jangan yang digoreng. Memilih daging juga lebih baik yang dipanggang.
Kunyah perlahan. Kunyahlah makanan secara perlahan-lahan dan cobalah menikmati makanan sewaktu berada dalam mulut. Dengan demikian akan menyebabkan lambung cepat kenyang dan membantu mencegah makan terlalu banyak. Nasihat lama yang masih boleh diikuti, kunyahlah makanan setidaknya 32 kali sebelum menelannya.
Ambil sedikit. Ambillah makanan pertama sedikit mungkin ke dalam piring Anda. Tambah sedikit demi sedikit bila masih lapar. Cara ini dilakukan agar Anda tidak merasa terpaksa harus menghabiskan makanan yang sudah berada di piring.
Tinggalkan meja setelah selesai. Diimbau untuk segera meninggalkan meja makan setelah selesai dan jangan dilanjutkan dengan mengobrol. Ini dilakukan untuk menghindarkan diri dari iseng atau keinginan ngemil dan mengambil makanan dari sana-sini sehingga tak terasa perut menjadi terlalu kenyang.
Hindari kadar gula dan lemak tinggi. Hindari makanan berkadar gula dan lemak tinggi seperti cake cokelat, kue-kue (pastries), lemak hewan, mentega, fullcream milk, jeroan, dan lain-lain.
Konsumsi banyak buah. Mengonsumsi banyak buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, dan karbohidrat dapat menjaga jumlah kalori yang masuk agar sesuai dengan kebutuhan.
Waspadai minuman bersoda. Anak-anak yang mengonsumsi minuman ringan bergula berisiko tinggi mengalami kegemukan. Laporan para peneliti Amerika yang diterbitkan oleh The British Medical Journal The Lancet, remaja AS perlu segera mengurangi minuman bersoda dan junk food yang berisiko mengganggu kesehatan. "Kami menemukan selalu ada minuman ringan di setiap hidangan tambahan, dan risiko kegemukan meningkat kira-kira 50 persen," kata Ludwig.
Kurangi menonton televisi. "Kegemukan pada anak-anak diakibatkan oleh banyak faktor. Tidak ditekankan hanya pada satu faktor, yaitu minuman ringan dan masalah gizi, melainkan juga kebiasaan seperti menonton televisi," ungkap Ludwig. Membanjirnya acara di televisi, termasuk film-film kartun dan telenovela, membuat anak-anak dan ibu rumah tangga semakin lama duduk di depan televisi sambil ngemil. Keadaan demikian mendorong tubuh kurang gerak dan mudah menjadi gemuk.
Dari 4.771 wanita yang diteliti di Singapura, mereka yang menonton televisi tiga sampai empat jam sehari berpeluang dua kali lipat menjadi gemuk dibanding kelompok yang jarang menonton televisi. (Donny Anggoro)
anakku susah makan nih
aku dapat nih dari rubrik tanya jawab mengenai bb dan susah makan ....
BB & BAB
Question : Dear Dr. Wati, Mba' Luluk and SP's
Rafly-ku sudah 3 tahun 6 bulan, terakhir ditimbang minnggu kemarin 14.5 Kg dengan TB 99 cm. Menurutku and orang rumah rafly itu memprihatinkan, melihat keadaannya sekarang yang kurus sekali dan susah makan. konsumsi susunya sudah dikurangi dgn asumsi kurang susu makannya banyak, tapi tetap saja. Minum vitamin juga sering sampai sama neneknya diberi jamu cekokan, namun ya tetap saja. Saat minggu kemarin ke dokter (pans, batuk, pilek, alhamdulillah sekarang sudah agak mendingan) aku tanya DSA-nya gimana dok koq rafly-ku kurus sekali, susah makan, beliau hanya bilang, nanti saja kalau sudah sehat (aku agak kecewa, kenapa tidak bisa saat itu juga beri penjelasan, atau apa gitu?)Jadi aku agak putus asa gimana ini ya?BAB-nya juga susah sekali keras sekali (kadang sampai menangis) memang dia kurang suka buah apalagi pepaya, apa baik utk seumur dia diberi obat pelancar BAB?Thanks, maaf kalau sudah dibahas sebelumnya
Dian
Answer 1 : Mbak ....Dulu aku masih kategori seperti itu loh!Yg kuingat pas usia SMP aja umur 12thn BBnya Cuma 24 Kg ...sma saja usia 18 BB saya 39 kg - ini btahan sampe saya lulus kuliah apalagi habis puasa wahhh...he..he... Dulu ibu saya sama paniknya seperti mbak, saya dibawa ke semua DSA anak seBandung..dan semua kayaknya sepakat anak ini memnag bakat kurus (coba dilihat gen mba n suami or keluarga lainnya mungilkah?)tapiii...yang penting SEHAT. Dan memnag ayah n eyang saya kutilang semua. Beda dengan kedua adik saya yg BB ideal, tinggi n putih lagi (bkn brarti saya item banget loh Cuma tdk sepeutih adek saya) he..he.. kebayang kan terkucilnya saya, paling benci kalo ada yg nanya "anak siapa ini?" kok mamanya putih he..he.. pdhal ayah saya kuning. Akhirnya, ibu saya pasrah asal saya sehat dan pintar. Dan terbukti selama skolah saya lmayan bintang kelas lah he..he..walopun kurus. Saya juga makan agak susah loh mbak..pilihan, maunya mie2an terus saya doyan mie baso(apalagi mie akung yg dibdg itu uenakkk bgt)ibu saya ngakalinnya dgn nyampur mie dgn baso, udang, sayur dll. Jadi intinya jangan terlalu risau mbak, asal sudah BB dan TB itu banyak factor yg mendukungnya. Coba di plot di growth chart ada di percentile berapa anaknya?. Andaikan kecil juga itu bukan kiamat. Asalkan sehat dan ubah tata laksana makannya, menu, cara makan,mood anak dll.Serat bukan dr papaya saja mbak, sayuran juga, buah2an lain juga, pudding juga oke, ...Obat pelancar hmmm kayaknya coba dulu deh yg alami. saya kok yakin pasti karena tata laksana makannya.Buah, minum, sayurnya??Dicoba deh mbak...maaf kepanjanganSalam buat Kevin, dr tante yg dulu juga kurus bgt n skarang susah nuruni BBhe..he..Lulu
Answer 2 : mbak DIan,
Betul apa yg dikatakan mbak Lulu dan mbak Ani kalo susah makan pd anak itu ada masanya. Lagian kalo gemuk juga belum berarti sehat. Yg harus diperhatikan adh apakah anak kita itu ttp aktif. Wajar kalo badannya gak gemuk, la wong...anaknya aktif ga karuan smntara makannya susah, jd energinya keluar semua ga ada yg jd daging ditubuhnya krn yg masuk tdk seimbang dg yg keluar. Reyka bbrp hari yg lalu jg susah sekali makannya. Aku coba buat variasi makanan dari bubur sumsum, bubur kcg ijo, sup cream jagung, perkedel kentang+daging cincang, perkedel tahu, sup makaroni+brokoli, spagethy saos putih, ager2 sari kelapa, yogurt+ice cream, yogurt + buah, yogurth doank, nugget ayam home made, segala macam jus2an, dll sampe bingung mesti bikin apalagi. Udah cape2 bikin paling yg dimakan 3-5suap aja, alhasil mamanya lagi yg makan, sehat & gendut dech mamanya anaknya seh ttp aja kurus (he..he..he...). Kita dituntut sabar dlm menghadapi masalah susah makan anak dan hrs kreatif dlm menyajikan menu2 makanannya.Kalo masalah BAB, hal itu jg dialami Reyka. Jika REyka makannya sedikit maka BABnya bisa 2-3hari sekali dan keras (meskipun ga sekeras dulu) bahkan suka berdarah. Aku selalu coba memberikan Reyka makanan kaya serat seperti brokoli, yogurth, dan buah2an.Sempet jg terlintas diotakku utk memberikan obat pencakar agar Reyka mudah BAB, tp stlh aku pertimbangkan kayaknya itu bukan jawaban dr masalah ini krn masalahnya adalah pola kebiasaan. Selama kebiasaan itu tdk dirubah, maka BABnya akan tetap keras. Masa Rafli mau tergantung terus sama pencakar. Kasian kan......kalo ttg vitamin, Reyka pernah diresepkan vitamin nafsu makan oleh DSAnya tapi aku ga pernah berikan krn menurutku ga membantu juga.wah....jd kepanjangan nih.....maaf jika kurang membantu.salam.mamanya R3YkA
Answer 3 : Mbak Dian,Anaknya sebaya sama anak saya.Anak kurus itu kan bukan pertanda tidak sehat, sebaliknya anak gendut itu belum tentu sehat.Kalo soal susah makan, sebelumnya gimana mbak ? Namanya juga anak2, ada masa2 tertentu mereka susah makan, susah mandi, susah disuruh sikat gigi, susah disuruh tidur dsb.Sepanjang aktifitasnya OK dan masih gesit, tidak ada yang perlu dirisaukan.Bapak ibunya gemuk nggak ? hehehe ... soalnya kalo bapak ibunya kurus , sulit juga menuntut anaknya harus gemuk.Di sisi lain, yang kita bisa lakukan hanya memperbaiki pola makan saja ( atmosfer dibuat senyaman mungkin, menu divariasikan dll ). Makan kan tidak harus nasi. Coba deh mbak buka lagi di folder milis sehat, ada tulisan mengenai makan.Harus sabar dan telaten memang ....Saran saya sebaiknya vitamin di stop aja mbak, kan gak ada vitamin penambah nafsu makan.Soal BAB keras, bisa dicoba dengan perbanyak minum . Kalo gak suka pepaya, bisa dicoba alpukat, melon, kiwi dll.Coba juga kasih yoghurt dicamput potongn buat atau dibuat milkshake ... mmm.. yummy ....Insya Allah, BABnya bisa lancar ( gak usah pakai obat pencahar deh mbak ).salam, ani
BB & BAB
Question : Dear Dr. Wati, Mba' Luluk and SP's
Rafly-ku sudah 3 tahun 6 bulan, terakhir ditimbang minnggu kemarin 14.5 Kg dengan TB 99 cm. Menurutku and orang rumah rafly itu memprihatinkan, melihat keadaannya sekarang yang kurus sekali dan susah makan. konsumsi susunya sudah dikurangi dgn asumsi kurang susu makannya banyak, tapi tetap saja. Minum vitamin juga sering sampai sama neneknya diberi jamu cekokan, namun ya tetap saja. Saat minggu kemarin ke dokter (pans, batuk, pilek, alhamdulillah sekarang sudah agak mendingan) aku tanya DSA-nya gimana dok koq rafly-ku kurus sekali, susah makan, beliau hanya bilang, nanti saja kalau sudah sehat (aku agak kecewa, kenapa tidak bisa saat itu juga beri penjelasan, atau apa gitu?)Jadi aku agak putus asa gimana ini ya?BAB-nya juga susah sekali keras sekali (kadang sampai menangis) memang dia kurang suka buah apalagi pepaya, apa baik utk seumur dia diberi obat pelancar BAB?Thanks, maaf kalau sudah dibahas sebelumnya
Dian
Answer 1 : Mbak ....Dulu aku masih kategori seperti itu loh!Yg kuingat pas usia SMP aja umur 12thn BBnya Cuma 24 Kg ...sma saja usia 18 BB saya 39 kg - ini btahan sampe saya lulus kuliah apalagi habis puasa wahhh...he..he... Dulu ibu saya sama paniknya seperti mbak, saya dibawa ke semua DSA anak seBandung..dan semua kayaknya sepakat anak ini memnag bakat kurus (coba dilihat gen mba n suami or keluarga lainnya mungilkah?)tapiii...yang penting SEHAT. Dan memnag ayah n eyang saya kutilang semua. Beda dengan kedua adik saya yg BB ideal, tinggi n putih lagi (bkn brarti saya item banget loh Cuma tdk sepeutih adek saya) he..he.. kebayang kan terkucilnya saya, paling benci kalo ada yg nanya "anak siapa ini?" kok mamanya putih he..he.. pdhal ayah saya kuning. Akhirnya, ibu saya pasrah asal saya sehat dan pintar. Dan terbukti selama skolah saya lmayan bintang kelas lah he..he..walopun kurus. Saya juga makan agak susah loh mbak..pilihan, maunya mie2an terus saya doyan mie baso(apalagi mie akung yg dibdg itu uenakkk bgt)ibu saya ngakalinnya dgn nyampur mie dgn baso, udang, sayur dll. Jadi intinya jangan terlalu risau mbak, asal sudah BB dan TB itu banyak factor yg mendukungnya. Coba di plot di growth chart ada di percentile berapa anaknya?. Andaikan kecil juga itu bukan kiamat. Asalkan sehat dan ubah tata laksana makannya, menu, cara makan,mood anak dll.Serat bukan dr papaya saja mbak, sayuran juga, buah2an lain juga, pudding juga oke, ...Obat pelancar hmmm kayaknya coba dulu deh yg alami. saya kok yakin pasti karena tata laksana makannya.Buah, minum, sayurnya??Dicoba deh mbak...maaf kepanjanganSalam buat Kevin, dr tante yg dulu juga kurus bgt n skarang susah nuruni BBhe..he..Lulu
Answer 2 : mbak DIan,
Betul apa yg dikatakan mbak Lulu dan mbak Ani kalo susah makan pd anak itu ada masanya. Lagian kalo gemuk juga belum berarti sehat. Yg harus diperhatikan adh apakah anak kita itu ttp aktif. Wajar kalo badannya gak gemuk, la wong...anaknya aktif ga karuan smntara makannya susah, jd energinya keluar semua ga ada yg jd daging ditubuhnya krn yg masuk tdk seimbang dg yg keluar. Reyka bbrp hari yg lalu jg susah sekali makannya. Aku coba buat variasi makanan dari bubur sumsum, bubur kcg ijo, sup cream jagung, perkedel kentang+daging cincang, perkedel tahu, sup makaroni+brokoli, spagethy saos putih, ager2 sari kelapa, yogurt+ice cream, yogurt + buah, yogurth doank, nugget ayam home made, segala macam jus2an, dll sampe bingung mesti bikin apalagi. Udah cape2 bikin paling yg dimakan 3-5suap aja, alhasil mamanya lagi yg makan, sehat & gendut dech mamanya anaknya seh ttp aja kurus (he..he..he...). Kita dituntut sabar dlm menghadapi masalah susah makan anak dan hrs kreatif dlm menyajikan menu2 makanannya.Kalo masalah BAB, hal itu jg dialami Reyka. Jika REyka makannya sedikit maka BABnya bisa 2-3hari sekali dan keras (meskipun ga sekeras dulu) bahkan suka berdarah. Aku selalu coba memberikan Reyka makanan kaya serat seperti brokoli, yogurth, dan buah2an.Sempet jg terlintas diotakku utk memberikan obat pencakar agar Reyka mudah BAB, tp stlh aku pertimbangkan kayaknya itu bukan jawaban dr masalah ini krn masalahnya adalah pola kebiasaan. Selama kebiasaan itu tdk dirubah, maka BABnya akan tetap keras. Masa Rafli mau tergantung terus sama pencakar. Kasian kan......kalo ttg vitamin, Reyka pernah diresepkan vitamin nafsu makan oleh DSAnya tapi aku ga pernah berikan krn menurutku ga membantu juga.wah....jd kepanjangan nih.....maaf jika kurang membantu.salam.mamanya R3YkA
Answer 3 : Mbak Dian,Anaknya sebaya sama anak saya.Anak kurus itu kan bukan pertanda tidak sehat, sebaliknya anak gendut itu belum tentu sehat.Kalo soal susah makan, sebelumnya gimana mbak ? Namanya juga anak2, ada masa2 tertentu mereka susah makan, susah mandi, susah disuruh sikat gigi, susah disuruh tidur dsb.Sepanjang aktifitasnya OK dan masih gesit, tidak ada yang perlu dirisaukan.Bapak ibunya gemuk nggak ? hehehe ... soalnya kalo bapak ibunya kurus , sulit juga menuntut anaknya harus gemuk.Di sisi lain, yang kita bisa lakukan hanya memperbaiki pola makan saja ( atmosfer dibuat senyaman mungkin, menu divariasikan dll ). Makan kan tidak harus nasi. Coba deh mbak buka lagi di folder milis sehat, ada tulisan mengenai makan.Harus sabar dan telaten memang ....Saran saya sebaiknya vitamin di stop aja mbak, kan gak ada vitamin penambah nafsu makan.Soal BAB keras, bisa dicoba dengan perbanyak minum . Kalo gak suka pepaya, bisa dicoba alpukat, melon, kiwi dll.Coba juga kasih yoghurt dicamput potongn buat atau dibuat milkshake ... mmm.. yummy ....Insya Allah, BABnya bisa lancar ( gak usah pakai obat pencahar deh mbak ).salam, ani
Monday, September 18, 2006
teh hijau dan polyphenols
All About Green Tea And Polyphenols
-A discovery is said to be an accident meeting a prepared mind, Albert von Szent-Gyorgyi (1893 - 1986)
Or as I like to say… When the student is ready, the teacher shall appear! By the way, have I said how much I passionately enjoy green tea, the personal benefits I have witnessed from green tea and what a fantastic unearthing this ‘ancient medicine’ is for modern western living?
After a good deal of research, I have found that there isn’t any other food or drink in general consumption reported to have the innumerable health benefits that green tea possesses...none!
The Chinese have known about the medicinal benefits of green tea since ancient times, using it to treat everything from headaches and lethargia to depression. And did you know that green tea has been used as a medicine in China for over 4,000 years… When will we westerners learn?
At present, in both Asia and America, scientific research is providing a more than solid substantiation for the health benefits long associated with drinking green tea. For instance, in 1994 the Journal of the National Cancer Institute published the results of an epidemiological study demonstrating that drinking green tea reduced the risk of esophageal cancer in Chinese men and women by nearly sixty percent. Conversely, University of Purdue researchers recently concluded that a compound in green tea inhibits the growth of cancer cells. There is also research indicating that drinking green tea lowers total cholesterol levels, as well as improving the ratio of good (HDL) cholesterol to bad (LDL) cholesterol.
To abridge just a few of the medical conditions in which drinking green tea has proved to be helpful:
impaired immune system function
cardiovascular disease
cancer
rheumatoid arthritis
elevated cholesterol levels
numerous types of infections
muscle wasting diseases
Green tea’s ‘secret’ lies in the fact it is rich in catechin polyphenols, particularly epigallocatechin gallate (EGCG). EGCG is a powerful anti-oxidant: besides inhibiting the growth of cancer cells, it kills cancer cells without harming healthy tissue. It has also been exceedingly effective in lowering LDL cholesterol levels, and inhibiting the abnormal formation of blood clots. The preceding takes on added importance when you consider that thrombosis (the formation of abnormal blood clots) is the foremost cause of heart attacks and stroke. Quite startling, don’t you think?
For The Record Books…
Correlates are being drawn between the effects of drinking green tea and the "French Paradox." For years, researchers were mystified by the fact that, despite consuming a diet rich in saturated fat, the French have a lower incidence of heart disease than Americans. The answer was found to lie in red wine, which contains resveratrol, a polyphenol that limits the negative effects of smoking and a fatty diet. In a 1997 study, researchers from the University of Kansas concluded that EGCG is twice as powerful as resveratrol, which may explain why the rate of heart disease among Japanese men is significantly low, even though in excess of seventy-five percent are smokers.
So why don't other Chinese teas have similar earth-shaking health benefits? Green, oolong, and black teas all come from the leaves of the Camellia sinensis plant. What sets green tea apart is the way it is processed.In particular, green tea leaves are steamed, which prevents the EGCG compound from being oxidized. By contrast, black and oolong tea leaves are processed from fermented leaves, which results in the EGCG being transformed into other compounds that are not nearly as effective in preventing and fighting various conditions and diseases.
Some Additional Benefits…
The latest evidence emerging is that green tea can even help dieters attain success more rapidly an efficiently. In November, 1999, the American Journal of Clinical Nutrition published the results of a study at the University of Geneva in Switzerland. Researchers found that men who were given a combination of caffeine and green tea extract burned more calories than those given only caffeine or a placebo.
Incidentally, green tea can even help prevent tooth decay! Just as its bacteria-destroying abilities can help prevent food poisoning, it can also kill the bacterium that causes dental plaque. Meanwhile, skin preparations containing green tea - from deodorants to creams - are starting to appear on the market showing positive effects.
The Potential Unsafe Effects?
As of today, the only adverse side effect reported from drinking green tea is mild insomnia due to the fact that it contains caffeine. On the other hand, green tea contains much less caffeine than coffee and most soda: there are approximately thirty to sixty mg. of caffeine in six - eight ounces of tea, compared to over one-hundred mg. in eight ounces of coffee and can you imagine the huge contrast in caffeine content between green tea and these ‘new’ high-tech energy drinks that are currently being consumed by the masses with such ravenous voracity.
Green Tea Polyphenols, What Are They You Ask?
Specifically, tea polyphenols are compounds in tea leaves that are natural plant antioxidants. Antioxidants have been proven to prevent damage caused by free radicals to DNA and other molecules.
How Do They Work?
Green tea polyphenols have corroborated several cancer preventive properties. In addition to antioxidant activity, these compounds may as previously mentioned have shown to reduce abnormal cell growth and inflammation; help the body get rid of cancer-causing agents; and restore communication between different cells in the body.
On Cancer… The Facts
The relationship between green tea consumption and human cancer has been studied in several different populations and at various cancer sites. Some of the studies comparing green tea drinkers to non-green tea drinkers support the claim that green tea-drinking, in fact prevents certain types of cancer. Certain dietary, environmental, and population differences may account for these discrepancies. In animal studies, different tea extracts, tea polyphenol mixtures, purified tea components, and tea infusions as the sole drinking fluid have more consistently been shown to prevent cancer, including cancers of the colon, esophagus, liver, stomach, lung, breast, pancreas, and skin. The purified component, epigallocatechin gallate (EGCG), prevented colon cancer, but did not prevent cancer of the esophagus in animal models. A polyphenol mixture with EGCG, called Polyphenon E, has also shown cancer preventive properties in animals. Animal studies were inconclusive as to whether EGCG or Polyphenol E caused DNA mutations that might trigger cancer growth. Both EGCG and Polyphenon E are being tested for safety and efficacy in humans.
Slower Prostate Cancer Cell Growth Found From Consumption Of Green And Black Tea
A study at The Experimental Biology 2004, in Washington, D.C., reported as part of the scientific program of the American Society of Nutritional Sciences, anti-tumor effects of green and black tea polyphenols in human tissue. And researchers at the University of California at Los Angeles found and were able to detect tea polyphenols in prostate tissue after a very limited consumption of the tea. More notably, the scientists found that prostate cancer cells grew more slowly when placed in a medium containing blood serum of men who had consumed either green or black tea for five days compared to serum collected before the men began their tea-drinking regimen. Serum from men who drank comparable amounts of diet or regular soda showed no such slowing in cancer cell proliferation.
Consequently, Dr. Susanne Henning, UCLA Center for Human Nutrition, pronounced that the UCLA research team - a combination of nutrition scientists and urologists - focused on the feasible outcome of tea polyphenols on factors named polyamines and the enzymes responsible for the production of polyamines. Elevated levels of polyamines have been connected with malignancy in humans, including prostate cancer, and - since polyamines are current in prostate tissue in high concentration - are considered a logical target for chemoprevention of prostate cancer.
Prostate cancer is one of the most widespread cancers among males in the United States, and more than a fourth of all those patients with prostate cancer are known to use alternative therapies, including green tea. This study suggests that both black and green tea are promising natural dietary supplements useful for chemoprevention of prostate cancer, according to Dr. Henning. She plans to investigate if this effect can be enhanced by consuming larger amounts of tea polyphenols in the form of green tea extract supplement capsules.
So If It’s That Good, How Much Should I Drink?
Strangely enough, there are as many answers to this question as there are researchers investigating the beneficial properties of green tea and polyphenols. Herbs for Health magazine mentions a Japanese report citing that men who drank ten cups of green tea per day stayed cancer-free for three years longer than men who drank less than three cups a day (there are approximately 240 - 320 mg of polyphenols in three cups of green tea).
Meanwhile, a study by Cleveland's Western Reserve University concluded that drinking four or more cups of green tea per day could help prevent rheumatoid arthritis, or reduce symptoms in individuals already suffering from the disease. And Japanese scientists at the Saitama Cancer Research Institute have discovered that there were fewer recurrences of breast cancer, and the disease spread less quickly, in women with a history of drinking five cups or more of green tea daily.
A University of California study on the cancer-preventative qualities of green tea concluded that you could probably attain the desired level of polyphenols by drinking merely two cups per day. So which is it? I personally don’t buy the hype that those that manufacture and sell green tea products are propagating…moderation is, like with all things probably your best bet! But given all the evidence, it is almost certainly safe to plan on drinking four to five cups of green tea daily. If you're a real aficionado, by all means imbibe more; but whether or not you'll derive added health benefits remains to be determined.
Okay, enough science… Let’s all just relax and have a cup of green tea or if you like your beverages cold like I do, a glass of ‘iced’ green tea.
About the author:
Kurt Lee Hurley, operator of www.kreatefitness.com,whose clients refer to him as the "Secret Weapon" has built over 3,000 weight loss success testimonials and his Provo, Utah Wellness Facility, Synergy Fitness Systems has become known as a "Results Factory" a "Living Laboratory" of Achievement, Enhanced Human Performance and a place to congregate for Empowerment and of course, the Success of attaining Weight Loss RESULTS!
-A discovery is said to be an accident meeting a prepared mind, Albert von Szent-Gyorgyi (1893 - 1986)
Or as I like to say… When the student is ready, the teacher shall appear! By the way, have I said how much I passionately enjoy green tea, the personal benefits I have witnessed from green tea and what a fantastic unearthing this ‘ancient medicine’ is for modern western living?
After a good deal of research, I have found that there isn’t any other food or drink in general consumption reported to have the innumerable health benefits that green tea possesses...none!
The Chinese have known about the medicinal benefits of green tea since ancient times, using it to treat everything from headaches and lethargia to depression. And did you know that green tea has been used as a medicine in China for over 4,000 years… When will we westerners learn?
At present, in both Asia and America, scientific research is providing a more than solid substantiation for the health benefits long associated with drinking green tea. For instance, in 1994 the Journal of the National Cancer Institute published the results of an epidemiological study demonstrating that drinking green tea reduced the risk of esophageal cancer in Chinese men and women by nearly sixty percent. Conversely, University of Purdue researchers recently concluded that a compound in green tea inhibits the growth of cancer cells. There is also research indicating that drinking green tea lowers total cholesterol levels, as well as improving the ratio of good (HDL) cholesterol to bad (LDL) cholesterol.
To abridge just a few of the medical conditions in which drinking green tea has proved to be helpful:
impaired immune system function
cardiovascular disease
cancer
rheumatoid arthritis
elevated cholesterol levels
numerous types of infections
muscle wasting diseases
Green tea’s ‘secret’ lies in the fact it is rich in catechin polyphenols, particularly epigallocatechin gallate (EGCG). EGCG is a powerful anti-oxidant: besides inhibiting the growth of cancer cells, it kills cancer cells without harming healthy tissue. It has also been exceedingly effective in lowering LDL cholesterol levels, and inhibiting the abnormal formation of blood clots. The preceding takes on added importance when you consider that thrombosis (the formation of abnormal blood clots) is the foremost cause of heart attacks and stroke. Quite startling, don’t you think?
For The Record Books…
Correlates are being drawn between the effects of drinking green tea and the "French Paradox." For years, researchers were mystified by the fact that, despite consuming a diet rich in saturated fat, the French have a lower incidence of heart disease than Americans. The answer was found to lie in red wine, which contains resveratrol, a polyphenol that limits the negative effects of smoking and a fatty diet. In a 1997 study, researchers from the University of Kansas concluded that EGCG is twice as powerful as resveratrol, which may explain why the rate of heart disease among Japanese men is significantly low, even though in excess of seventy-five percent are smokers.
So why don't other Chinese teas have similar earth-shaking health benefits? Green, oolong, and black teas all come from the leaves of the Camellia sinensis plant. What sets green tea apart is the way it is processed.In particular, green tea leaves are steamed, which prevents the EGCG compound from being oxidized. By contrast, black and oolong tea leaves are processed from fermented leaves, which results in the EGCG being transformed into other compounds that are not nearly as effective in preventing and fighting various conditions and diseases.
Some Additional Benefits…
The latest evidence emerging is that green tea can even help dieters attain success more rapidly an efficiently. In November, 1999, the American Journal of Clinical Nutrition published the results of a study at the University of Geneva in Switzerland. Researchers found that men who were given a combination of caffeine and green tea extract burned more calories than those given only caffeine or a placebo.
Incidentally, green tea can even help prevent tooth decay! Just as its bacteria-destroying abilities can help prevent food poisoning, it can also kill the bacterium that causes dental plaque. Meanwhile, skin preparations containing green tea - from deodorants to creams - are starting to appear on the market showing positive effects.
The Potential Unsafe Effects?
As of today, the only adverse side effect reported from drinking green tea is mild insomnia due to the fact that it contains caffeine. On the other hand, green tea contains much less caffeine than coffee and most soda: there are approximately thirty to sixty mg. of caffeine in six - eight ounces of tea, compared to over one-hundred mg. in eight ounces of coffee and can you imagine the huge contrast in caffeine content between green tea and these ‘new’ high-tech energy drinks that are currently being consumed by the masses with such ravenous voracity.
Green Tea Polyphenols, What Are They You Ask?
Specifically, tea polyphenols are compounds in tea leaves that are natural plant antioxidants. Antioxidants have been proven to prevent damage caused by free radicals to DNA and other molecules.
How Do They Work?
Green tea polyphenols have corroborated several cancer preventive properties. In addition to antioxidant activity, these compounds may as previously mentioned have shown to reduce abnormal cell growth and inflammation; help the body get rid of cancer-causing agents; and restore communication between different cells in the body.
On Cancer… The Facts
The relationship between green tea consumption and human cancer has been studied in several different populations and at various cancer sites. Some of the studies comparing green tea drinkers to non-green tea drinkers support the claim that green tea-drinking, in fact prevents certain types of cancer. Certain dietary, environmental, and population differences may account for these discrepancies. In animal studies, different tea extracts, tea polyphenol mixtures, purified tea components, and tea infusions as the sole drinking fluid have more consistently been shown to prevent cancer, including cancers of the colon, esophagus, liver, stomach, lung, breast, pancreas, and skin. The purified component, epigallocatechin gallate (EGCG), prevented colon cancer, but did not prevent cancer of the esophagus in animal models. A polyphenol mixture with EGCG, called Polyphenon E, has also shown cancer preventive properties in animals. Animal studies were inconclusive as to whether EGCG or Polyphenol E caused DNA mutations that might trigger cancer growth. Both EGCG and Polyphenon E are being tested for safety and efficacy in humans.
Slower Prostate Cancer Cell Growth Found From Consumption Of Green And Black Tea
A study at The Experimental Biology 2004, in Washington, D.C., reported as part of the scientific program of the American Society of Nutritional Sciences, anti-tumor effects of green and black tea polyphenols in human tissue. And researchers at the University of California at Los Angeles found and were able to detect tea polyphenols in prostate tissue after a very limited consumption of the tea. More notably, the scientists found that prostate cancer cells grew more slowly when placed in a medium containing blood serum of men who had consumed either green or black tea for five days compared to serum collected before the men began their tea-drinking regimen. Serum from men who drank comparable amounts of diet or regular soda showed no such slowing in cancer cell proliferation.
Consequently, Dr. Susanne Henning, UCLA Center for Human Nutrition, pronounced that the UCLA research team - a combination of nutrition scientists and urologists - focused on the feasible outcome of tea polyphenols on factors named polyamines and the enzymes responsible for the production of polyamines. Elevated levels of polyamines have been connected with malignancy in humans, including prostate cancer, and - since polyamines are current in prostate tissue in high concentration - are considered a logical target for chemoprevention of prostate cancer.
Prostate cancer is one of the most widespread cancers among males in the United States, and more than a fourth of all those patients with prostate cancer are known to use alternative therapies, including green tea. This study suggests that both black and green tea are promising natural dietary supplements useful for chemoprevention of prostate cancer, according to Dr. Henning. She plans to investigate if this effect can be enhanced by consuming larger amounts of tea polyphenols in the form of green tea extract supplement capsules.
So If It’s That Good, How Much Should I Drink?
Strangely enough, there are as many answers to this question as there are researchers investigating the beneficial properties of green tea and polyphenols. Herbs for Health magazine mentions a Japanese report citing that men who drank ten cups of green tea per day stayed cancer-free for three years longer than men who drank less than three cups a day (there are approximately 240 - 320 mg of polyphenols in three cups of green tea).
Meanwhile, a study by Cleveland's Western Reserve University concluded that drinking four or more cups of green tea per day could help prevent rheumatoid arthritis, or reduce symptoms in individuals already suffering from the disease. And Japanese scientists at the Saitama Cancer Research Institute have discovered that there were fewer recurrences of breast cancer, and the disease spread less quickly, in women with a history of drinking five cups or more of green tea daily.
A University of California study on the cancer-preventative qualities of green tea concluded that you could probably attain the desired level of polyphenols by drinking merely two cups per day. So which is it? I personally don’t buy the hype that those that manufacture and sell green tea products are propagating…moderation is, like with all things probably your best bet! But given all the evidence, it is almost certainly safe to plan on drinking four to five cups of green tea daily. If you're a real aficionado, by all means imbibe more; but whether or not you'll derive added health benefits remains to be determined.
Okay, enough science… Let’s all just relax and have a cup of green tea or if you like your beverages cold like I do, a glass of ‘iced’ green tea.
About the author:
Kurt Lee Hurley, operator of www.kreatefitness.com,whose clients refer to him as the "Secret Weapon" has built over 3,000 weight loss success testimonials and his Provo, Utah Wellness Facility, Synergy Fitness Systems has become known as a "Results Factory" a "Living Laboratory" of Achievement, Enhanced Human Performance and a place to congregate for Empowerment and of course, the Success of attaining Weight Loss RESULTS!
pop soda dan bahayanya
ada artikel dari health zone bagus nih
Soda Pop and Its Dark Side
I am Dr Patrick Flanagan, and this is the latest edition of my Dr Health Secrets newsletter.
I am a scientist with over 300 inventions related to health, longevity and medicine. This newsletter installment is about soda and its effects on your body.
Pop Goes The Soda
It is one of those classic representations of American culture. I have grown up with it, loved it, consumed tons of it, and stood behind its red and white bottle as if it were part of our constitution. Coca-Cola started a revolution and single-handedly became one of the most successful companies in history. Sold in over 140 countries and to over 5.8 billion people who speak over 80 different languages, Coca-Cola is worth more than 58 billion dollars on the stock market. For more than 65 years, Coca-Cola has been an Olympic sponsor and was even promised to the troops by President Woodrow Wilson during times of war. One in every two cola products and two out of every three soft drinks sold are Coca-Cola.
Invented in May 1886 by Doctor John Pemberton, a pharmacist from Georgia, Coca-Cola was originally marketed as a tonic, containing extracts of both cocaine and of the caffeine-rich kola nut. The cocaine additive was simply a "valuable tonic with nerve stimulant," with sugar being added for extra sweetening. Described as a "delicious, exhilarating, refreshing and invigorating soda-fountain beverage but also as the ideal temperance drink," Coca-Cola was so good that is what, well, addictive.
Drink Up
Soda comprises more than one-fourth of all drinks that are consumed in the United States. More than 15 billion gallons were sold in 2000 alone, which is equivalent to one 12-ounce can of soda, per day, for every man, woman, and child. Carbonated drinks provide more added sugar in the average 2-year-old toddler's diet than cookies, ice cream, and candies added together. 56% of 8-year-olds drink soda daily, and 1/3 of teenage boys drink at least 3 cans a day. 60% of all public and private high schools and middle schools nationwide sell soda. Daily calories from soda and fruit drinks nearly tripled from 1977 to 2001, and side effects of soda include weight gain, fatigue, and sugar dependency.
It is easy to believe I get enough "water" from any liquid refreshments such as soda, coffee, beer, and fruit juices because they all contain water. But the problem is that they also contain caffeine, sugar, alcohol, artificial sweeteners, and chemicals that all cause major dehydration. The more these products are consumed, the more dehydrated you become because the effects that these substance have on the body are the complete opposite of the effects that water has. Caffeine containing products, like Coca-Cola and many other sodas, trigger stress responses within the body that have strong diuretic effects. Added sugars cause blood sugar levels to rise, which then leads to the depletion of much needed cellular water. Over time, chronic dehydration results and toxic levels within the body can become deadly.
Give Me Water and Salvation
Chronic dehydration can lead to headaches, fatigue, nausea, and even death, so staying hydrated is incredibly important. That is where MegaHydrate steps in. Most water's surface tension is so high that the cells of the body can absorb only part of it. MegaHydrate decreases the surface tension of water so that your cells can hydrate themselves properly and thoroughly. With hydrated cells, you have a hydrated body, and a hydrated body is a healthy one.
About the author:
For more information about MegaHydrate and its effects hydration, visit http://www.MegaHydrate.com/
This article has been brought to you by Dr Patrick Flanagan, a cellular hydration expert who has developed a unique mineral form called Microcluster® silica and silica hydride to dramatically increase longevity. Silica hydride is also the most powerful antioxidant known. To learn more about Dr. Patrick Flanagan and ways to more beauty, health and longer life, for less than $1 a day, please visit: http://www.PhiSciences.com
Soda Pop and Its Dark Side
I am Dr Patrick Flanagan, and this is the latest edition of my Dr Health Secrets newsletter.
I am a scientist with over 300 inventions related to health, longevity and medicine. This newsletter installment is about soda and its effects on your body.
Pop Goes The Soda
It is one of those classic representations of American culture. I have grown up with it, loved it, consumed tons of it, and stood behind its red and white bottle as if it were part of our constitution. Coca-Cola started a revolution and single-handedly became one of the most successful companies in history. Sold in over 140 countries and to over 5.8 billion people who speak over 80 different languages, Coca-Cola is worth more than 58 billion dollars on the stock market. For more than 65 years, Coca-Cola has been an Olympic sponsor and was even promised to the troops by President Woodrow Wilson during times of war. One in every two cola products and two out of every three soft drinks sold are Coca-Cola.
Invented in May 1886 by Doctor John Pemberton, a pharmacist from Georgia, Coca-Cola was originally marketed as a tonic, containing extracts of both cocaine and of the caffeine-rich kola nut. The cocaine additive was simply a "valuable tonic with nerve stimulant," with sugar being added for extra sweetening. Described as a "delicious, exhilarating, refreshing and invigorating soda-fountain beverage but also as the ideal temperance drink," Coca-Cola was so good that is what, well, addictive.
Drink Up
Soda comprises more than one-fourth of all drinks that are consumed in the United States. More than 15 billion gallons were sold in 2000 alone, which is equivalent to one 12-ounce can of soda, per day, for every man, woman, and child. Carbonated drinks provide more added sugar in the average 2-year-old toddler's diet than cookies, ice cream, and candies added together. 56% of 8-year-olds drink soda daily, and 1/3 of teenage boys drink at least 3 cans a day. 60% of all public and private high schools and middle schools nationwide sell soda. Daily calories from soda and fruit drinks nearly tripled from 1977 to 2001, and side effects of soda include weight gain, fatigue, and sugar dependency.
It is easy to believe I get enough "water" from any liquid refreshments such as soda, coffee, beer, and fruit juices because they all contain water. But the problem is that they also contain caffeine, sugar, alcohol, artificial sweeteners, and chemicals that all cause major dehydration. The more these products are consumed, the more dehydrated you become because the effects that these substance have on the body are the complete opposite of the effects that water has. Caffeine containing products, like Coca-Cola and many other sodas, trigger stress responses within the body that have strong diuretic effects. Added sugars cause blood sugar levels to rise, which then leads to the depletion of much needed cellular water. Over time, chronic dehydration results and toxic levels within the body can become deadly.
Give Me Water and Salvation
Chronic dehydration can lead to headaches, fatigue, nausea, and even death, so staying hydrated is incredibly important. That is where MegaHydrate steps in. Most water's surface tension is so high that the cells of the body can absorb only part of it. MegaHydrate decreases the surface tension of water so that your cells can hydrate themselves properly and thoroughly. With hydrated cells, you have a hydrated body, and a hydrated body is a healthy one.
About the author:
For more information about MegaHydrate and its effects hydration, visit http://www.MegaHydrate.com/
This article has been brought to you by Dr Patrick Flanagan, a cellular hydration expert who has developed a unique mineral form called Microcluster® silica and silica hydride to dramatically increase longevity. Silica hydride is also the most powerful antioxidant known. To learn more about Dr. Patrick Flanagan and ways to more beauty, health and longer life, for less than $1 a day, please visit: http://www.PhiSciences.com
OBESITAS
Conquering obesity - NOW!
Obesity is a disease that affects approximately 60 Million people in the United Stats and hundred of Millions allover the world.
Women are specially affected. Over one-third of women between the ages of 20 and 74 are obese,that the majority of them being African American or Mexican American.
With more and more pre packaged food and lessand less activity, the number of obese people in America has steadily increased since the 1960's.
Many people think obesity means that a person is overweight, but that's not exactly true. An Overweight person has a surplus amount of Weight, that includes muscle, bone, fat, and Water.
An obese person has a surplus of “body fat”.
Most health professionals concur that a man is Obese if he has over 25 percent body fat, and a women is obese if she has over 30 percent.
Women physiologically have more body fat than men, so that why there's a difference in the percentage. It is difficult to determine the exact percentage of body fat a person has, but estimatescan be made in a number of different ways.
First, using a tweezers-like-tool called a calliper, You can measure the thickness of skin folds On different points of your body and compare The results with standardized numbers.
You can also use a small device that send a
harmless electrical current through your body and measures your body fat percentage.
The most commonly used method to determine ifA person is obese is to look at his/her Body Mass Index (BMI).
A person with a BMI over 30 is considered to be Obese, and a BMI over 40 is considered to be severely obese.
It's important to remember thought that BMI could Be misleading in pregnant or lactating women and in muscular individuals.
With obesity, comes the increased risk of diseases Such as high blood pressure, Type II Diabetes, Heart disease, and breast, colon and prostate cancer.
In addition, obesity has been linked to mental health Conditions such as depression or feeling of shame And low self-esteem.
Health experts say's that even losing 10 to 15 percent Of your body weight can dramatically decrease the Risk of developing these serious conditions. In addition, Many obese people are discriminated against and targets of insults and other verbal abuse.
A number of factors, such as poor diet, lack of Physical activity, genetics, and certain medical disorders Cause obesity, but it can be conquered.
In our next information - we will show you -Obesity and It's relationship to Anorexia, Bulimia and other Special Eating Disorders- !
Even- you have special questions- use our e-mail Support
support@interhomebusiness.comThis email address is being protected from spam bots, you need Javascript enabled to view it
PS: This information is not presented by a medical Practitioner and is for educational and informational purpose only. Always seek the advice of your physican Or other qualified health provider with any questions
You may have regarding a medical condition.
About the author:
Conquering Obesity - If you’ve had enough & you’re looking for the latest, helpful information about how to conquer obesity, you’ve come to the right place.
Obesity is a disease that affects approximately 60 Million people in the United Stats and hundred of Millions allover the world.
Women are specially affected. Over one-third of women between the ages of 20 and 74 are obese,that the majority of them being African American or Mexican American.
With more and more pre packaged food and lessand less activity, the number of obese people in America has steadily increased since the 1960's.
Many people think obesity means that a person is overweight, but that's not exactly true. An Overweight person has a surplus amount of Weight, that includes muscle, bone, fat, and Water.
An obese person has a surplus of “body fat”.
Most health professionals concur that a man is Obese if he has over 25 percent body fat, and a women is obese if she has over 30 percent.
Women physiologically have more body fat than men, so that why there's a difference in the percentage. It is difficult to determine the exact percentage of body fat a person has, but estimatescan be made in a number of different ways.
First, using a tweezers-like-tool called a calliper, You can measure the thickness of skin folds On different points of your body and compare The results with standardized numbers.
You can also use a small device that send a
harmless electrical current through your body and measures your body fat percentage.
The most commonly used method to determine ifA person is obese is to look at his/her Body Mass Index (BMI).
A person with a BMI over 30 is considered to be Obese, and a BMI over 40 is considered to be severely obese.
It's important to remember thought that BMI could Be misleading in pregnant or lactating women and in muscular individuals.
With obesity, comes the increased risk of diseases Such as high blood pressure, Type II Diabetes, Heart disease, and breast, colon and prostate cancer.
In addition, obesity has been linked to mental health Conditions such as depression or feeling of shame And low self-esteem.
Health experts say's that even losing 10 to 15 percent Of your body weight can dramatically decrease the Risk of developing these serious conditions. In addition, Many obese people are discriminated against and targets of insults and other verbal abuse.
A number of factors, such as poor diet, lack of Physical activity, genetics, and certain medical disorders Cause obesity, but it can be conquered.
In our next information - we will show you -Obesity and It's relationship to Anorexia, Bulimia and other Special Eating Disorders- !
Even- you have special questions- use our e-mail Support
support@interhomebusiness.comThis email address is being protected from spam bots, you need Javascript enabled to view it
PS: This information is not presented by a medical Practitioner and is for educational and informational purpose only. Always seek the advice of your physican Or other qualified health provider with any questions
You may have regarding a medical condition.
About the author:
Conquering Obesity - If you’ve had enough & you’re looking for the latest, helpful information about how to conquer obesity, you’ve come to the right place.
MEMBERSIHKAN USUS BESAR (COLON )
How Clean And Healthy Is Your Colon ?
How Clean And Healthy Is Your Colon?
by Karen Austin
Did you know you could be walking around with up to 25 pounds of undigested food, slime, foul and putrefied fecal matter trapped in your intestinal tract? Yikes! This is not good, by any means. Can you imagine the amount of toxins all this “dead yuck” is producing just for you? I bet you can! According to The Royal Society of Medicine in Great Britain "more than 65 different health problems are caused by a toxic colon.”
Do you suffer from acne, allergies, bad breathe, bloating, belching, constipation, decreased energy, diarrhea, digestive problems, fatigue, hair loss, headache, heartburn, gas, indigestion, insomnia, low energy, low sex drive, poor sexual performance, poor memory, protruding gut, reduced resistance to infections, skin problems, weight gain, difficulty losing weight or slimming of your sides or waistline? Then there’s a great possibility you suffer from “auto-intoxification” caused by a tremendous amount of undigested food and piled up fecal matter trapped inside your intestinal tract along with a potentially damaged digestive system.
How can you really tell if you have a build up of undigested food and deadly fecal matter trapped inside you? If you don’t eliminate after every meal and/or between meals – you could be in trouble. If you only eliminate twice a week or every other day you could be in really big trouble. Your intestines are very likely blocked up and building up deadly toxins with every meal.
Your intestinal tract (about 25-30 feet long; which starts at the mouth and ends at the rectum; and includes the small and large intestines) has two main functions: (1) to absorb nutrients so the body can grow and function properly at optimum health and (2) to eliminate waste from the body to ensure a healthy body devoid of toxins and putrefied organisms and evil parasites. A body without the proper expulsion of such toxic waste matters can ultimately cause illness, disease even death in an individual.
There are two main causes of toxic buildup in your colon: (1) Lifestyle and (2) Eating Habits:
We do not eat the right foods (i.e., containing high amounts of raw, natural fiber). Instead, the foods we eat are not natural or whole at all; rather, they’re processed by man’s machines (i.e., high-fat, artificially flavored, artificially colored, loaded with preservatives). FIBER SOURCES: All vegetables and fruits and nuts. Some grains, but I personally shy away from “bread products” in general. In addition to veggies, fruits and nuts, I’ll incorporate black beans, lentils and brown rice into my diet as well.
Non-Fiber foods to avoid include red meat (meat does not contain any fiber), pork, canned meats, sardines, pepperoni, bacon, sausage, hot dogs, (meat) hamburgers, most restaurant dishes, hams, bologna, meat extenders, fast food, Raman noodles … just to name a few items.
We do not get enough exercise. We sit around all day at work and lie around all night at home watching TV … and then, it’s time for bed.
We do not drink enough water. Today’s consumer drinks more soda, coffee and colored sugar water (i.e., boxed/bottled juice) than they do water – period!
As we age the amount of digestive enzymes we produce start to diminish. We should all be taking digestive enzymes (with every meal) to ensure thorough digestion every time.
What Colon Cleansing Body Detox Products Work Best?
If allowed to deteriorate, a failing digestive system, polluted intestinal tract and diseased colon can cause serious illness and death in anyone alive today. Gain the assistance of specific products designed to help the detox and clean the intestines and your entire digestive tract for the better of life and living healthier ever after. There are a large number of outstanding products designed to detoxify various elements of the human digestive system. Many of these programs target mainly the colon for a full flush of toxic build up, chemical residue and parasites within the intestinal area.
The choices in colon cleansing products can be overwhelming with over 200 available options on the market today. An effective colon cleansing product must be able to: Cleanse your colon of harmful wastes and toxins, as well as promoting improved digestion processes and a better overall quality of elimination. The ability for an effective colon cleansing product to strengthen your immune system, in conjunction with promoting improved nutrient assimilation to boosts energy levels cannot be understated.
How Clean And Healthy Is Your Colon?
by Karen Austin
Did you know you could be walking around with up to 25 pounds of undigested food, slime, foul and putrefied fecal matter trapped in your intestinal tract? Yikes! This is not good, by any means. Can you imagine the amount of toxins all this “dead yuck” is producing just for you? I bet you can! According to The Royal Society of Medicine in Great Britain "more than 65 different health problems are caused by a toxic colon.”
Do you suffer from acne, allergies, bad breathe, bloating, belching, constipation, decreased energy, diarrhea, digestive problems, fatigue, hair loss, headache, heartburn, gas, indigestion, insomnia, low energy, low sex drive, poor sexual performance, poor memory, protruding gut, reduced resistance to infections, skin problems, weight gain, difficulty losing weight or slimming of your sides or waistline? Then there’s a great possibility you suffer from “auto-intoxification” caused by a tremendous amount of undigested food and piled up fecal matter trapped inside your intestinal tract along with a potentially damaged digestive system.
How can you really tell if you have a build up of undigested food and deadly fecal matter trapped inside you? If you don’t eliminate after every meal and/or between meals – you could be in trouble. If you only eliminate twice a week or every other day you could be in really big trouble. Your intestines are very likely blocked up and building up deadly toxins with every meal.
Your intestinal tract (about 25-30 feet long; which starts at the mouth and ends at the rectum; and includes the small and large intestines) has two main functions: (1) to absorb nutrients so the body can grow and function properly at optimum health and (2) to eliminate waste from the body to ensure a healthy body devoid of toxins and putrefied organisms and evil parasites. A body without the proper expulsion of such toxic waste matters can ultimately cause illness, disease even death in an individual.
There are two main causes of toxic buildup in your colon: (1) Lifestyle and (2) Eating Habits:
We do not eat the right foods (i.e., containing high amounts of raw, natural fiber). Instead, the foods we eat are not natural or whole at all; rather, they’re processed by man’s machines (i.e., high-fat, artificially flavored, artificially colored, loaded with preservatives). FIBER SOURCES: All vegetables and fruits and nuts. Some grains, but I personally shy away from “bread products” in general. In addition to veggies, fruits and nuts, I’ll incorporate black beans, lentils and brown rice into my diet as well.
Non-Fiber foods to avoid include red meat (meat does not contain any fiber), pork, canned meats, sardines, pepperoni, bacon, sausage, hot dogs, (meat) hamburgers, most restaurant dishes, hams, bologna, meat extenders, fast food, Raman noodles … just to name a few items.
We do not get enough exercise. We sit around all day at work and lie around all night at home watching TV … and then, it’s time for bed.
We do not drink enough water. Today’s consumer drinks more soda, coffee and colored sugar water (i.e., boxed/bottled juice) than they do water – period!
As we age the amount of digestive enzymes we produce start to diminish. We should all be taking digestive enzymes (with every meal) to ensure thorough digestion every time.
What Colon Cleansing Body Detox Products Work Best?
If allowed to deteriorate, a failing digestive system, polluted intestinal tract and diseased colon can cause serious illness and death in anyone alive today. Gain the assistance of specific products designed to help the detox and clean the intestines and your entire digestive tract for the better of life and living healthier ever after. There are a large number of outstanding products designed to detoxify various elements of the human digestive system. Many of these programs target mainly the colon for a full flush of toxic build up, chemical residue and parasites within the intestinal area.
The choices in colon cleansing products can be overwhelming with over 200 available options on the market today. An effective colon cleansing product must be able to: Cleanse your colon of harmful wastes and toxins, as well as promoting improved digestion processes and a better overall quality of elimination. The ability for an effective colon cleansing product to strengthen your immune system, in conjunction with promoting improved nutrient assimilation to boosts energy levels cannot be understated.
STROKE
Biar gak penasaran ada informasi mengenai stroke nih
Stroke
Overview Symptoms Treatment Prevention
Definition:
A stroke is an interruption of the blood supply to any part of the brain, resulting in damaged brain tissue.
Alternative Names:
Cerebrovascular disease; CVA; Cerebral infarction
Causes, incidence, and risk factors:
Stroke accounts for 1 out of every 15 deaths in the United States. It is the 3rd leading cause of death in most developed countries, and the leading cause of disability in adults. The risk doubles with each decade after age 35.
If the flow of blood in an artery supplying the brain is interrupted for longer than a few seconds, brain cells can die, causing permanent damage. An interruption can be caused by either blood clots or bleeding in the brain.
Most strokes are due to blood clots that block blood flow. Bleeding into the brain occurs if a blood vessel ruptures or there is a significant injury.
BLOOD CLOTS
A common cause of stroke is atherosclerosis. (See stroke secondary to atherosclerosis.) Fatty deposits and blood platelets collect on the wall of the arteries, forming plaques. Over time, the plaques slowly begin to block the flow of blood. The plaque itself may block the artery enough to cause a stroke.
Often, the plaque causes the blood to flow abnormally, which leads to a blood clot. A clot can stay at the site of narrowing and prevent blood flow to all of the smaller arteries it supplies. (This type of clot, which doesn't travel, is called a thrombus.) In other cases, the clot can travel and wedge into a smaller vessel. (A clot that travels is called an embolism.)
Strokes caused by embolism are most commonly caused by heart disorders. An embolism may originate in a major blood vessel as it branches off the heart. A clot can also form elsewhere in the body for any number of reasons, and then travel to the brain, causing a stroke.
Arrhythmias of the heart, such as atrial fibrillation, can be associated with this type of stroke and may contribute to clot formation. Other causes of embolic stroke include endocarditis (an infection of the heart valves), or use of a mechanical heart valve. A clot can form on the artificial valve, break off, and travel to the brain. For this reason, those with mechanical heart valves must take blood thinners.
BLEEDING IN THE BRAIN
A second major cause of stroke is bleeding in the brain (hemorrhagic stroke). This can occur when small blood vessels in the brain become weak and burst. Some people have defects in the blood vessels of the brain that make this more likely. The flow of blood after the blood vessel ruptures damages brain cells.
STROKE RISKS
High blood pressure is the number one reason that you might have a stroke. The risk of stroke is also increased by age, family history of stroke, smoking, diabetes, high cholesterol, and heart disease.
Certain medications promote clot formation and may increase your chances for a stroke. One example is birth control pills, especially if a woman taking them also smokes and is older than 35.
Women have a risk of stroke during pregnancy and the weeks immediately after pregnancy. Overall, however, more men have strokes than women.
Cocaine use, alcohol abuse, head injury, and bleeding disorders increase the risk of bleeding into the brain.
See also:
baca lebih lengkap di ADAM aja di kamus internet
Stroke
Overview Symptoms Treatment Prevention
Definition:
A stroke is an interruption of the blood supply to any part of the brain, resulting in damaged brain tissue.
Alternative Names:
Cerebrovascular disease; CVA; Cerebral infarction
Causes, incidence, and risk factors:
Stroke accounts for 1 out of every 15 deaths in the United States. It is the 3rd leading cause of death in most developed countries, and the leading cause of disability in adults. The risk doubles with each decade after age 35.
If the flow of blood in an artery supplying the brain is interrupted for longer than a few seconds, brain cells can die, causing permanent damage. An interruption can be caused by either blood clots or bleeding in the brain.
Most strokes are due to blood clots that block blood flow. Bleeding into the brain occurs if a blood vessel ruptures or there is a significant injury.
BLOOD CLOTS
A common cause of stroke is atherosclerosis. (See stroke secondary to atherosclerosis.) Fatty deposits and blood platelets collect on the wall of the arteries, forming plaques. Over time, the plaques slowly begin to block the flow of blood. The plaque itself may block the artery enough to cause a stroke.
Often, the plaque causes the blood to flow abnormally, which leads to a blood clot. A clot can stay at the site of narrowing and prevent blood flow to all of the smaller arteries it supplies. (This type of clot, which doesn't travel, is called a thrombus.) In other cases, the clot can travel and wedge into a smaller vessel. (A clot that travels is called an embolism.)
Strokes caused by embolism are most commonly caused by heart disorders. An embolism may originate in a major blood vessel as it branches off the heart. A clot can also form elsewhere in the body for any number of reasons, and then travel to the brain, causing a stroke.
Arrhythmias of the heart, such as atrial fibrillation, can be associated with this type of stroke and may contribute to clot formation. Other causes of embolic stroke include endocarditis (an infection of the heart valves), or use of a mechanical heart valve. A clot can form on the artificial valve, break off, and travel to the brain. For this reason, those with mechanical heart valves must take blood thinners.
BLEEDING IN THE BRAIN
A second major cause of stroke is bleeding in the brain (hemorrhagic stroke). This can occur when small blood vessels in the brain become weak and burst. Some people have defects in the blood vessels of the brain that make this more likely. The flow of blood after the blood vessel ruptures damages brain cells.
STROKE RISKS
High blood pressure is the number one reason that you might have a stroke. The risk of stroke is also increased by age, family history of stroke, smoking, diabetes, high cholesterol, and heart disease.
Certain medications promote clot formation and may increase your chances for a stroke. One example is birth control pills, especially if a woman taking them also smokes and is older than 35.
Women have a risk of stroke during pregnancy and the weeks immediately after pregnancy. Overall, however, more men have strokes than women.
Cocaine use, alcohol abuse, head injury, and bleeding disorders increase the risk of bleeding into the brain.
See also:
baca lebih lengkap di ADAM aja di kamus internet
endometriosis
hmm...gak papa kan aku suguhin lagi dari ADAM ensiklopedi buat sekedar bacaan
Endometriosis
Overview Symptoms Treatment Prevention
Definition:
Endometriosis is a condition in which the endometrium, tissue that normally lines the uterus, grows in other areas of the body, causing pain, irregular bleeding, and frequently infertility.
The tissue growth typically occurs in the pelvic area, outside of the uterus, on the ovaries, bowel, rectum, bladder, and the delicate lining of the pelvis, but it can occur in other areas of the body as well.
Causes, incidence, and risk factors:
The cause of endometriosis is unknown. However, a number of theories have been proposed. The retrograde-menstruation theory proposes that endometrial cells (loosened during menstruation) may "back up" through the fallopian tubes into the pelvis, where they implant and grow in the pelvic and/or abdominal cavities.
The immune-system theory suggests that a deficiency in the immune system allows menstrual tissue to implant and grow in areas other than the uterine lining. Another theory suggests that the cells lining the abdominal cavity may spontaneously develop endometriosis. A genetic theory proposes that certain families may exhibit predisposing factors that lead to endometriosis.
Once the endometrial cells implant in tissue outside of the uterus, they may become a problem. Each month the ovaries produce hormones that stimulate the cells of the uterine lining to multiply and prepare for a fertilized egg (swell and thicken).
The endometrial cells outside of the uterus also respond to this signal, but they lack the ability to then separate themselves from the surrounding tissue and slough off during the next menstrual period. They sometimes bleed a little bit, but they heal and are stimulated again during the next cycle.
This ongoing process can cause scarring and adhesions in the tubes and ovaries, and around the tubal fimbriae (fingerlike projections at the end of the fallopian tubes). These adhesions can make transfer of an ovum from the ovary to the fallopian tube difficult or impossible. They can also stop passage of a fertilized egg down the fallopian tube to the uterus.
Once in a while the growing cells will penetrate the tough covering of the ovary and begin to multiply. These cells can collect large amounts of blood and form what is called, appropriately, an ovarian blood cyst (endometrioma).
Ovarian blood cysts have been known to grow to the size of a hen's egg or even an orange, and are usually painful. Over time the collected blood darkens and, for this reason, the cysts are frequently called "chocolate cysts."
Endometriosis is a common problem. It occurs in an estimated 10% of women during their reproductive years. The prevalence may be as high as 35% among infertile women. Although endometriosis is typically diagnosed between the ages of 25 and 35, the problem probably begins about the time that regular menstruation begins.
A woman who has a mother or sister with endometriosis has a risk of developing endometriosis that is 6 times greater than that of the general population. Other possible risk factors include early onset of menstrual periods, regular menstrual cycles, and periods lasting 7 or more days.
Endometriosis
Overview Symptoms Treatment Prevention
Definition:
Endometriosis is a condition in which the endometrium, tissue that normally lines the uterus, grows in other areas of the body, causing pain, irregular bleeding, and frequently infertility.
The tissue growth typically occurs in the pelvic area, outside of the uterus, on the ovaries, bowel, rectum, bladder, and the delicate lining of the pelvis, but it can occur in other areas of the body as well.
Causes, incidence, and risk factors:
The cause of endometriosis is unknown. However, a number of theories have been proposed. The retrograde-menstruation theory proposes that endometrial cells (loosened during menstruation) may "back up" through the fallopian tubes into the pelvis, where they implant and grow in the pelvic and/or abdominal cavities.
The immune-system theory suggests that a deficiency in the immune system allows menstrual tissue to implant and grow in areas other than the uterine lining. Another theory suggests that the cells lining the abdominal cavity may spontaneously develop endometriosis. A genetic theory proposes that certain families may exhibit predisposing factors that lead to endometriosis.
Once the endometrial cells implant in tissue outside of the uterus, they may become a problem. Each month the ovaries produce hormones that stimulate the cells of the uterine lining to multiply and prepare for a fertilized egg (swell and thicken).
The endometrial cells outside of the uterus also respond to this signal, but they lack the ability to then separate themselves from the surrounding tissue and slough off during the next menstrual period. They sometimes bleed a little bit, but they heal and are stimulated again during the next cycle.
This ongoing process can cause scarring and adhesions in the tubes and ovaries, and around the tubal fimbriae (fingerlike projections at the end of the fallopian tubes). These adhesions can make transfer of an ovum from the ovary to the fallopian tube difficult or impossible. They can also stop passage of a fertilized egg down the fallopian tube to the uterus.
Once in a while the growing cells will penetrate the tough covering of the ovary and begin to multiply. These cells can collect large amounts of blood and form what is called, appropriately, an ovarian blood cyst (endometrioma).
Ovarian blood cysts have been known to grow to the size of a hen's egg or even an orange, and are usually painful. Over time the collected blood darkens and, for this reason, the cysts are frequently called "chocolate cysts."
Endometriosis is a common problem. It occurs in an estimated 10% of women during their reproductive years. The prevalence may be as high as 35% among infertile women. Although endometriosis is typically diagnosed between the ages of 25 and 35, the problem probably begins about the time that regular menstruation begins.
A woman who has a mother or sister with endometriosis has a risk of developing endometriosis that is 6 times greater than that of the general population. Other possible risk factors include early onset of menstrual periods, regular menstrual cycles, and periods lasting 7 or more days.
fibroids
lagi baca-baca ensiklopedi adam ada artikel ttg fibroid , penyakit yang pernah kuderita,siapa tau bisa jadi bacaan yang menarik ya
Uterine fibroids
Definition:
Uterine fibroids are benign tumors of muscle and connective tissue that develop within, or are attached to, the uterine wall.
Alternative Names:
Leiomyoma; Fibromyoma; Myoma; Fibroids
Causes, incidence, and risk factors:
The cause of fibroid tumors of the uterus is unknown. However, it is suggested that fibroids may enlarge with estrogen therapy (such as oral contraceptives) or with pregnancy.
Fibroid growth seems to depend on regular estrogen stimulation, rarely affecting women younger than 20 or postmenopausal women. As long as a woman with fibroids is menstruating, the fibroids will probably continue to grow, although growth is usually quite slow.
Fibroids can be microscopic, but they can also grow to fill the uterine cavity, and may weigh several pounds. Uterine fibroids are the most common pelvic tumor and they may be present in 15 to 20% of reproductive-age women, and 30 to 40% of women over 30.
Fibroids occur 3 to 9 times more frequently in African-American women than in Caucasian women.
Although it is possible for a single fibroid to develop, usually there are a number of them, which begin as small seedlings spread throughout the muscular walls of the uterus.
They slowly enlarge and become more nodular, frequently intruding into the cavity of the uterus or growing out beyond the normal boundary of the uterus. Rarely, a fibroid will hang from a long stalk attached to the outside of the uterus. This is called a pedunculated fibroid, and it may twist and cause the blood vessels feeding the tumor to kink. Hospitalization and surgery may be needed in this instance
Uterine fibroids
Definition:
Uterine fibroids are benign tumors of muscle and connective tissue that develop within, or are attached to, the uterine wall.
Alternative Names:
Leiomyoma; Fibromyoma; Myoma; Fibroids
Causes, incidence, and risk factors:
The cause of fibroid tumors of the uterus is unknown. However, it is suggested that fibroids may enlarge with estrogen therapy (such as oral contraceptives) or with pregnancy.
Fibroid growth seems to depend on regular estrogen stimulation, rarely affecting women younger than 20 or postmenopausal women. As long as a woman with fibroids is menstruating, the fibroids will probably continue to grow, although growth is usually quite slow.
Fibroids can be microscopic, but they can also grow to fill the uterine cavity, and may weigh several pounds. Uterine fibroids are the most common pelvic tumor and they may be present in 15 to 20% of reproductive-age women, and 30 to 40% of women over 30.
Fibroids occur 3 to 9 times more frequently in African-American women than in Caucasian women.
Although it is possible for a single fibroid to develop, usually there are a number of them, which begin as small seedlings spread throughout the muscular walls of the uterus.
They slowly enlarge and become more nodular, frequently intruding into the cavity of the uterus or growing out beyond the normal boundary of the uterus. Rarely, a fibroid will hang from a long stalk attached to the outside of the uterus. This is called a pedunculated fibroid, and it may twist and cause the blood vessels feeding the tumor to kink. Hospitalization and surgery may be needed in this instance
Penyakit ASMA
hai ..
penderita asma, aku jg penderita asma tapi gak parah,palingan kalau lagi gak fit atau udara dingin banget bisa bikin aku masuk angin terus kambuh deh tapi jarang deh itu palingan sebulan sekali atau kurang...aku punya tips kalau lagi kambuh suka minum air panas ditambah bawang merah yang digeprek tapi ini aku loh...terbukti bisa bikin napas aku lancar dan bisa tidur pulas...terus supaya gak sering parah aku suka olahraga sepeda sama jalan santai setiap pagi...sama jauhin alergen...aku alergi debu gitu sama asap-asap kayak obat nyamuk...terus makanan sih banyak sayuran dan buah dan minum air sama deh biasa aja...
nih aku punya artikel yang aku baca buat sharing tapi ngerti kan?terjemahin sendiri yaaaaaah..selamat baca yaaaaaaaaah
An Introduction to the Asthma Facts You Need
When you first get a diagnosis of asthma for yourself or your child, you may be wondering just what is asthma exactly? Or maybe you haven't been diagnosed yet and you're wondering if the symptoms you're having might be asthma.
You won't get a diagnosis here... the information on this site is just that, general information. We can't speak to your condition personally. But if you think the descriptions you find here might fit you, then it's a good idea to talk with your doctor or your child's doctor as soon as you can.
Asthma is a chronic disease that affects your breathing. What happens is that your airways become inflamed and irritated in reaction to some kind of substance or situation. Your airways are the tubes that carry air and oxygen into and out of your body.
Your Respiratory System
Your lungs are made up of small tubes called bronchial tubes. As these tubes travel away from your nose and throat, they branch out like a tree. They become smaller and smaller until they form tiny sacs at the end that are called alveoli. Bands of muscle cover the bronchial tubes all the way down through the alveoli.
What Happens With Asthma
When you have asthma, your airways tend to be red and swollen and are easily irritated in response to triggers, such as pollen and cigarette smoke. Then, the airways' inside walls become even more swollen and the muscles tight. That means that the passages get narrower, and less air flows through to your lung tissue. A sticky substance called mucus is also produced in larger than normal amounts, which clogs your airways even more, making it hard to breathe.
Common asthma symptoms are the wheezing sound made as the air squeezes through the narrowed airways, along with coughing, shortness of breath and a feeling of tightness in the chest. Symptoms can come and go with asthma, and their intensity can vary.
Types of Asthma
Asthma is often connected with allergies, but it can also be related to non-allergic causes, such as chemicals and other irritating substances. Exercise can also bring on asthma symptoms in some people.
Asthma Risk Factors
Asthma is a very common disease and is becoming more common all the time. In the US alone, about 20 million people—9 million of them children—have asthma. Asthma is found in 3-5% of adults and 7-10% of children.
One of the highest risk factors for asthma is having a family history of asthma, especially the allergic kind. Asthma can affect people at any age, but half of the people with asthma develop it during childhood, usually before age 10.
Asthma affects people of all races and ethnic backgrounds. However, African-Americans are more likely to have severe asthma attacks and to die from asthma.
Updated: September 5, 2006
penderita asma, aku jg penderita asma tapi gak parah,palingan kalau lagi gak fit atau udara dingin banget bisa bikin aku masuk angin terus kambuh deh tapi jarang deh itu palingan sebulan sekali atau kurang...aku punya tips kalau lagi kambuh suka minum air panas ditambah bawang merah yang digeprek tapi ini aku loh...terbukti bisa bikin napas aku lancar dan bisa tidur pulas...terus supaya gak sering parah aku suka olahraga sepeda sama jalan santai setiap pagi...sama jauhin alergen...aku alergi debu gitu sama asap-asap kayak obat nyamuk...terus makanan sih banyak sayuran dan buah dan minum air sama deh biasa aja...
nih aku punya artikel yang aku baca buat sharing tapi ngerti kan?terjemahin sendiri yaaaaaah..selamat baca yaaaaaaaaah
An Introduction to the Asthma Facts You Need
When you first get a diagnosis of asthma for yourself or your child, you may be wondering just what is asthma exactly? Or maybe you haven't been diagnosed yet and you're wondering if the symptoms you're having might be asthma.
You won't get a diagnosis here... the information on this site is just that, general information. We can't speak to your condition personally. But if you think the descriptions you find here might fit you, then it's a good idea to talk with your doctor or your child's doctor as soon as you can.
Asthma is a chronic disease that affects your breathing. What happens is that your airways become inflamed and irritated in reaction to some kind of substance or situation. Your airways are the tubes that carry air and oxygen into and out of your body.
Your Respiratory System
Your lungs are made up of small tubes called bronchial tubes. As these tubes travel away from your nose and throat, they branch out like a tree. They become smaller and smaller until they form tiny sacs at the end that are called alveoli. Bands of muscle cover the bronchial tubes all the way down through the alveoli.
What Happens With Asthma
When you have asthma, your airways tend to be red and swollen and are easily irritated in response to triggers, such as pollen and cigarette smoke. Then, the airways' inside walls become even more swollen and the muscles tight. That means that the passages get narrower, and less air flows through to your lung tissue. A sticky substance called mucus is also produced in larger than normal amounts, which clogs your airways even more, making it hard to breathe.
Common asthma symptoms are the wheezing sound made as the air squeezes through the narrowed airways, along with coughing, shortness of breath and a feeling of tightness in the chest. Symptoms can come and go with asthma, and their intensity can vary.
Types of Asthma
Asthma is often connected with allergies, but it can also be related to non-allergic causes, such as chemicals and other irritating substances. Exercise can also bring on asthma symptoms in some people.
Asthma Risk Factors
Asthma is a very common disease and is becoming more common all the time. In the US alone, about 20 million people—9 million of them children—have asthma. Asthma is found in 3-5% of adults and 7-10% of children.
One of the highest risk factors for asthma is having a family history of asthma, especially the allergic kind. Asthma can affect people at any age, but half of the people with asthma develop it during childhood, usually before age 10.
Asthma affects people of all races and ethnic backgrounds. However, African-Americans are more likely to have severe asthma attacks and to die from asthma.
Updated: September 5, 2006
Wednesday, September 13, 2006
Obat kimia versus tradisional?
diantara kita sering bertanya-tanya mana yang lebih baik obat dokter atau obat dari alam (tradisional)?
saya juga bingung sama juga pertama ...tapi semenjak ikut dengan sebuah MLM disitu saya banyak belajar...Yah sama kayak disini dari sharing juga..kalau obat tradisional itu contohnya chinese medicine melihat kesehatan itu sebagai keseluruhan, jadi kesehatan kita itu terpengaruh dari apa yang kita makan, apa yang kita lakukan , minuman, polusi,istilahnya keseimbangan...jadi kalau kita kurang tidur, makan gak teratur , tinggal tunggu waktu maka kita akan terserang penyakit, cara memperbaikinya biasanya dengan menkonsumsi suplemen yang bisa memerangi virus-virus , racun-racun dan yang memperkuat antibodi kita sehingga bisa melawan penyakit, misal kita sakit diabetes dalam kedokteran barat , udah pasti kita musti puasa dan minum obat seumur hidup, tapi dari pengalaman saya bersama adik saya diabetes itu masih bisa diperbaiki atau diperingan, diabet ada yang karena keturunan ada juga yang dari pola hidup dan makan, kebanyakan kita kena diabet karena kurang makanan berserat(sayur dan buah), kurang aktivitas (jarang olahraga),kurang tidur , dan makan yang banyak daging-dagingan jeroan serta minum soda dan minuman keras seperti alkohol, maka banyaklah kita di jaman modern yang sakit diabetes, juga diantara kita sekarang jarang juga yang minum 8 gelas sehari (jujur hayo) dan belum lagi air yang kita minum belum tentu bener-bener murni ...juga apakah kita bebas dari makanan yang mengandung penyedap , pengawet, dll, seram kan?..makanya alhasil tubuh kita harus bekerja keras termasuk pencernaan kita sehingga sampai batas tertentu gak kuat dan kenalan dengan diabetes 1 atau 2,nah dikedokteran cina kita diharuskan untuk membersihkan tubuh kita dari racun-racun , mulai dari pencernaan harus dibersihkan, minum calcium organik (bukan anorganik),gitulah,jadi jangan heran kalau ada diabetes yang bisa sembuh atau paling enggak mendingan lah...karena mereka mau berusaha dan mau membuka mata, sebab obat dokter kalau terlalu banyak kan kimia buatan bisa mengganggu organ jantung dan ginjal...jadi kalau kita mengandalkan obat dokter terus yaaaaaaaaaaah lama-lama kena deh komplikasi itu..karena badan kita gak bisa membuang total kimia-kimia yang masuk, tapi kalau tradisional insya allah dengan resep yang pas bisa membantu mengurangi dan membuang racun-racun yang kita tabung bertahun-tahun.....
oh ya ini sharing aja llllloh....thanks god adik saya yang dulu tergantung insulin dan gulanya tinggi sekarang udah normal gulanya..swear ini pengalaman sendiri , dan himbauan saya jagalah kesehatan karena kesehatan itu mahal harganya, kalau kita sakit harus bayar RS , harus beli obat, harus sewa kamar , bayar dokter, belum keluarga kita pada sedih beluml agi keuangan hehehe...
coba kita semua pada sadar ....(termasuk yang nulis) bahwa kesehatan itu penting dan perlakukan tubuh kita sebagaimana mestinya, istirahat cukup, makan yang bagus dan seimbang, jangan lupa minum yang cukup air putih.........
jadi kita gak usah sering-sering minum obat kimia kan...?kalau sehat..hehehe...cukup check up beberapa bulan sekali aja, penjagaan lebih mudah daripada mengobati...dan kesehatan itu salah satu karunia Tuhan yang paling berharga
saya juga bingung sama juga pertama ...tapi semenjak ikut dengan sebuah MLM disitu saya banyak belajar...Yah sama kayak disini dari sharing juga..kalau obat tradisional itu contohnya chinese medicine melihat kesehatan itu sebagai keseluruhan, jadi kesehatan kita itu terpengaruh dari apa yang kita makan, apa yang kita lakukan , minuman, polusi,istilahnya keseimbangan...jadi kalau kita kurang tidur, makan gak teratur , tinggal tunggu waktu maka kita akan terserang penyakit, cara memperbaikinya biasanya dengan menkonsumsi suplemen yang bisa memerangi virus-virus , racun-racun dan yang memperkuat antibodi kita sehingga bisa melawan penyakit, misal kita sakit diabetes dalam kedokteran barat , udah pasti kita musti puasa dan minum obat seumur hidup, tapi dari pengalaman saya bersama adik saya diabetes itu masih bisa diperbaiki atau diperingan, diabet ada yang karena keturunan ada juga yang dari pola hidup dan makan, kebanyakan kita kena diabet karena kurang makanan berserat(sayur dan buah), kurang aktivitas (jarang olahraga),kurang tidur , dan makan yang banyak daging-dagingan jeroan serta minum soda dan minuman keras seperti alkohol, maka banyaklah kita di jaman modern yang sakit diabetes, juga diantara kita sekarang jarang juga yang minum 8 gelas sehari (jujur hayo) dan belum lagi air yang kita minum belum tentu bener-bener murni ...juga apakah kita bebas dari makanan yang mengandung penyedap , pengawet, dll, seram kan?..makanya alhasil tubuh kita harus bekerja keras termasuk pencernaan kita sehingga sampai batas tertentu gak kuat dan kenalan dengan diabetes 1 atau 2,nah dikedokteran cina kita diharuskan untuk membersihkan tubuh kita dari racun-racun , mulai dari pencernaan harus dibersihkan, minum calcium organik (bukan anorganik),gitulah,jadi jangan heran kalau ada diabetes yang bisa sembuh atau paling enggak mendingan lah...karena mereka mau berusaha dan mau membuka mata, sebab obat dokter kalau terlalu banyak kan kimia buatan bisa mengganggu organ jantung dan ginjal...jadi kalau kita mengandalkan obat dokter terus yaaaaaaaaaaah lama-lama kena deh komplikasi itu..karena badan kita gak bisa membuang total kimia-kimia yang masuk, tapi kalau tradisional insya allah dengan resep yang pas bisa membantu mengurangi dan membuang racun-racun yang kita tabung bertahun-tahun.....
oh ya ini sharing aja llllloh....thanks god adik saya yang dulu tergantung insulin dan gulanya tinggi sekarang udah normal gulanya..swear ini pengalaman sendiri , dan himbauan saya jagalah kesehatan karena kesehatan itu mahal harganya, kalau kita sakit harus bayar RS , harus beli obat, harus sewa kamar , bayar dokter, belum keluarga kita pada sedih beluml agi keuangan hehehe...
coba kita semua pada sadar ....(termasuk yang nulis) bahwa kesehatan itu penting dan perlakukan tubuh kita sebagaimana mestinya, istirahat cukup, makan yang bagus dan seimbang, jangan lupa minum yang cukup air putih.........
jadi kita gak usah sering-sering minum obat kimia kan...?kalau sehat..hehehe...cukup check up beberapa bulan sekali aja, penjagaan lebih mudah daripada mengobati...dan kesehatan itu salah satu karunia Tuhan yang paling berharga
hai sekedar pengetahuan aku dapat dari internet
TINJAUAN PUSTAKA
Meracik Obat Tradisional Secara Rasional
LESTARI HANDAYANI DAN SUHARMIATI
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan dan Teknologi Kesehatan
--------------------------------------------------------------------------------
Pendahuluan
Obat tradisional telah dikenal secara turun menurun dan digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan. Pemanfaatan obat tradisional pada umumnya lebih diutamakan sebagai upaya menjaga kesehatan atau preventif meskipun ada pula upaya sebagai pengobatan suatu penyakit. Dengan semakin berkembangnya obat tradisional, ditambah dengan gema kembali ke alam, telah meningkatkan popularitas obat tradisional. Hal ini terbukti dari semakin banyaknya industri jamu dan industri farmasi yang memproduksi obat tradisional untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Industri jamu atau industri farmasi berlomba-lomba memproduksi obat tradisional secara moderen dengan mengikuti proses produksi menggunakan mesin-mesin moderen. Di satu sisi, masih banyak industri rumah tangga yang memproduksi obat tradisional secara sederhana dengan menerapkan resep-resep kuno yang dipercayai bermanfaat untuk kesehatan. Beberapa keterbatasan dari obat tradisional adalah masih kurangnya penelitian ilmiah yang menunjang pemahaman tentang cara kerja obat tradisional dalam tubuh manusia. Penelitian yang sudah banyak dilakukan lebih pada penelitian masing-masing tanaman obat. Itupun dengan penelitian yang terbatas pada beberapa fokus penelitian dan bukan penelitian yang mengupas secara tuntas tentang satu tanaman obat. Kita ketahui bahwa jamu Indonesia merupakan racikan dari berbagai tanaman obat yang terkadang jumlahnya cukup mengejutkan karena tersusun dari 40 macam simplisia. Banyaknya jumlah simplisia penyusun akan menimbulkan kesulitan pada pelaksanaan uji dari berbagai aspek penelitian terhadap jamu.
Meskipun secara empiris jamu terbukti cukup aman dikonsumsi manusia mengingat pemanfaatan yang sudah diterapkan masyarakat selama ini, pembuktian ilmiah tetap merupakan tuntutan. Peraturan tentang pembatasan jumlah simplisia penyusun jamu merupakan salah satu langkah membina produsen jamu agar meracik jamu secara rasional dalam rangka mengurangi kemungkinan efek samping dan memudahkan penelitian penunjang apabila jamu tersebut akan dikembangkan menjadi fitofarmaka. Masyarakat sebagai konsumen obat tradisional menghendaki perlindungan terhadap praktik-praktik penyalahgunaan obat tradisional yang dapat membahayakan kesehatan. Pemerintah dalam hal ini mempunyai kewajiban untuk mengatur kedua pihak, yaitu produsen dan konsumen agar sama-sama dalam posisi yang menguntungkan. Oleh karena itu, pengetahuan tentang meracik obat yang rasional merupakan bahasan dengan maksud untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang bagaimana seharusnya komposisi obat tradisional yang rasional pada jamu yang banyak beredar di masyarakat.
Jenis Obat Tradisional
Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM) yang kemudian beralih menjadi Badan POM mempunyai tanggung jawab dalam peredaran obat tradisional di masyarakat. Obat tradisional Indonesia semula hanya dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu obat tradisional atau jamu dan fitofarmaka. Namun, dengan semakin berkembangnya teknologi, telah diciptakan peralatan berteknologi tinggi yang membantu proses produksi sehingga industri jamu maupun industri farmasi mampu membuat jamu dalam bentuk ekstrak. Namun, sayang pembuatan sediaan yang lebih praktis ini belum diiringi dengan penelitian sampai dengan uji klinik. Dengan keadaan tersebut maka obat tradisional sebenarnya dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu jamu, obat ekstrak alam, dan fitofarmaka.
Jamu (Empirical based herbal medicine)
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional. Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5 – 10 macam bahkan lebih. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu yang telah digunakan secara turun-menurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu.
Ekstrak Bahan Alam (Scientific based herbal medicine)
Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan tehnologi maju, jenis ini pada umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik seperti standart kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan ekstrak tanaman obat, standart pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.
Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)
Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat moderen karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia. Oleh karena itu, dalam pembuatannya memerlukan tenaga ahli dan biaya yang besar ditunjang dengan peralatan berteknologi moderen.
Sumber Perolehan Obat Tradisional
Obat tradisional dapat diperoleh dari berbagai sumber sebagai pembuat atau yang memproduksi obat tradisional, yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Obat tradisional buatan sendiri
Obat tradisional jenis ini merupakan akar dari pengembangan obat tradisional di Indonesia saat ini. Pada zaman dahulu, nenek moyang kita mempunyai kemampuan untuk menyediakan ramuan obat tradisional yang digunakan untuk keperluan keluarga. Cara ini kemudian terus dikembangkan oleh pemerintah dalam bentuk program TOGA. Dengan adanya program TOGA diharapkan masyarakat mampu menyediakan baik bahan maupun sediaan jamu yang dapat dimanfaatkan dalam upaya menunjang kesehatan keluarga. Program TOGA lebih mengarah kepada self care untuk menjaga kesehatan anggota keluarga serta penanganan penyakit ringan yang dialami oleh anggota keluarga.
Program TOGA bertujuan untuk menyediakan obat dalam rangka penanganan kesehatan sendiri. Dengan kemampuan pengetahuan serta pendidikan mayarakat yang bervariasi, program ini mengajarkan pengetahuan peracikan jamu serta penggunaannya secara sederhana tetapi aman untuk dikonsumsi. Sumber tanaman diharapkan disediakan oleh masyarakat sendiri, baik secara individu, keluarga, maupun kolektif dalam suatu lingkungan masyarakat. Namun, tidak tertutup kemungkinan bahan baku dibeli dari pasar tradisional yang banyak menjual bahan jamu yang pada umumnya juga merupakan bahan untuk keperluan bumbu dapur masakan asli Indonesia. Pelaksanaan program TOGA diharapkan melibatkan peran aktif seluruh anggota masyarakat yang terwakili oleh ibu rumah tangga, dibimbing dan dibina oleh puskesmas setempat.
Obat tradisional berasal dari pembuat jamu /Herbalist
Membuat jamu merupakan salah satu profesi yang jumlahnya masih cukup banyak. Salah satunya adalah pembuat sekaligus penjual jamu gendong. Pembuat jamu gendong merupakan salah satu penyedia obat tradisional dalam bentuk cairan minum yang sangat digemari masyarakat. Jamu gendong sangat populer. Tidak hanya di pulau Jawa, tetapi juga dapat ditemui di berbagai pulau lain di Indonesia. Segala lapisan masyarakat sangat membutuhkan kehadirannya meskipun tidak dapat dipungkiri lebih banyak dari masyarakat lapisan bawah yang menggunakan jasa mereka. Selain jamu gendong yang umum dijual seperti kunir asam, sinom, mengkudu, pahitan, beras kencur, cabe puyang, dan gepyokan, mereka juga mampu menyediakan jamu khusus sesuai pesanan. Misalnya, jamu habis bersalin, jamu untuk mengobati keputihan, dll. Akhir-akhir ini, dengan adanya jamu-jamu industri seringkali kita jumpai penjual jamu gendong menyediakan jamu serbuk buatan industri untuk dikonsumsi bersamaan dengan jamu gendong yang mereka sediakan.
Selain pembuat jamu gendong, peracik tradisional masih dapat dijumpai di Jawa Tengah. Mereka berada di pasar-pasar tradisional menyediakan jamu sesuai kebutuhan konsumen. Bentuk jamu pada umumnya sejenis jamu gendong, namun lebih mempunyai kekhususan untuk pengobatan penyakit atau keluhan kesehatan tertentu. Peracik jenis ini tampaknya sudah semakin berkurang jumlahnya dan kalah bersaing dengan industri yang mampu menyediakan jamu dalam bentuk yang lebih praktis.
Tabib lokal masih dapat kita jumpai meskipun jumlahnya tidak banyak. Mereka melaksanakan praktik pengobatan dengan menyediakan ramuan dengan bahan alam yang berasal dari bahan lokal. Ilmu ketabiban seringkali diperoleh dengan cara bekerja sambil belajar kepada tabib yang telah berpraktik. Di beberapa kota, telah dapat dijumpai pendidikan tabib berupa kursus yang telah dikelola dengan baik dan diselenggarakan oleh tabib tertentu. Pada umumnya, selain pemberian ramuan, para tabib juga mengkombinasikannya dengan teknik lain seperti metode spiritual/agama atau supranatural.
Sinshe adalah pengobat tradisional yang berasal dari etnis Tionghoa yang melayani pengobatan menggunakan ramuan obat tradisional bersumber dari pengetahuan negera asal mereka, yaitu Cina. Pada umumnya mereka menggunakan bahan-bahan yang berasal dari Cina meskipun tidak jarang mereka juga mencampur dengan bahan lokal yang sejenis dengan yang mereka jumpai di Cina. Obat tradisional Cina berkembang dengan baik dan banyak diimport ke Indonesia untuk memenuhi kebutuhan obat yang dikonsumsi, tidak saja oleh pasien etnis Cina tetapi juga banyak dikonsumsi oleh pribumi. Kemudahan memperoleh bahan baku obat tradisional Cina dapat dilihat dari banyaknya toko obat Cina yang menyediakan sediaan jadi maupun menerima peracikan resep dari Sinshe. Selain memberikan obat tradisional yang disediakan sendiri maupun yang disediakan oleh toko obat, Sinshe pada umumnya mengkombinasikan ramuan dengan teknik lain seperti pijatan, akupresur, atau akupungkur.
Obat tradisional buatan industri.
Berdasarkan peraturan Departemen Kesehatan RI, industri obat tradisional dapat dikelompokkan menjadi industri kecil dan industri besar berdasar modal yang harus mereka miliki. Dengan semakin maraknya obat tradisional, tampaknya industri farmasi mulai tertarik untuk memproduksi obat tradisional. Tetapi, pada umumnya yang berbentuk sediaan moderen berupa ekstrak bahan alam atau fitofarmaka. Sedangkan industri jamu memproduksi lebih condong untuk memproduksi bentuk jamu yang sederhana meskipun akhir-akhir ini cukup banyak industri besar yang memproduksi jamu dalam bentuk sediaan moderen (tablet, kapsul, syrup dll.) dan bahkan fitofarmaka.
Komposisi Obat Tradisional yang Rasional
Dalam upaya pembinaan industri obat tradisional, pemerintah melalui Depkes telah memberikan petunjuk pembuatan obat tradisional dengan komposisi rasional melalui pedoman rasionalisasi komposisi obat tradisional dan petunjuk formularium obat tradisional. Hal ini terkait dengan masih banyaknya ditemui penyusunan obat tradisional yang tidak rasional (irrasional) ditinjau dari jumlah bahan penyusunnya. Sejumlah simplisia penyusun obat tradisional tersebut seringkali merupakan beberapa simplisia yang mempunyai khasiat yang sama. Oleh karena itu, perlu diketahui racikan simplisia yang rasional agar ramuan obat yang diperoleh mempunyai khasiat sesuai maksud pembuatan jamu tersebut.
Komposisi obat tradisional/yang biasa diproduksi oleh industri jamu dalam bentuk jamu sederhana pada umumnya tersusun dari bahan baku yang sangat banyak dan bervariasi. Sedang bentuk obat ekstrak alam dan fitofarmaka pada umumnya tersusun dari simplisia tunggal atau maksimal 5 macam jenis bahan tanaman obat. Pada pembahasan ini lebih ditekankan pada penyusunan obat tradisional bentuk sederhana atau jamu, mengingat cukup banyak komposisi jamu yang irrasional seperti penggunaan bahan dengan khasiat sejenis pada satu ramuan, penggunaan simplisia yang tidak sesuai dengan manfaat yang diharapkan, dll. Agar dapat disusun suatu komposisi obat tradisional maka beberapa hal yang perlu diketahui adalah:
Nama umum obat tradisional/jamu
Jamu yang diproduksi pada umumnya mempunyai tujuan pemanfaatan yang tercermin dari nama umum jamu. Perlu diketahui bahwa terdapat peraturan tentang penandaan obat tradisional. Jamu yang diproduksi dan didistribusikan kepada konsumen harus diberi label yang menjelaskan tentang obat tradisional tersebut, di antaranya tentang manfaat atau khasiat jamu. Penjelasan tentang manfaat jamu hanya boleh disampaikan dalam bentuk mengurangi atau menghilangkan keluhan atau gejala yang dialami seseorang dan bukan menyembuhkan suatu diagnosis penyakit.
Secara umum, jamu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang bertujuan untuk menjaga kesehatan atau promotif dan mencegah dari kesakitan, serta jamu yang dimanfaatkan untuk mengobati keluhan penyakit. Nama umum jamu yang banyak diproduksi oleh industri serta tujuan pemanfaatnya antara lain adalah:
Tujuan promotif atau preventif
Ada beberapa macam jenis jamu dengan tujuan preventif dan promotif yang beredar di pasaran. Jamu tersebut diproduksi oleh industri obat tradisional baik besar maupun kecil. Nama jamu tersebut antara lain jamu anton-anton tua atau anton-anton muda, jamu habis bersalin, jamu ASI, jamu haid teratur, jamu berhenti haid, jamu jerawat, jamu penambah nafsu makan, jamu subur peranakan, dan jamu masa berhenti haid (menopause). Lihat lampiran 1.
Tujuan kuratif
Jamu dengan tujuan untuk menyembuhkan penyakit atau menghilangkan gejala penyakit cukup banyak dijumpai. Bahkan, saat ini industri farmasi bersaing dengan industri obat tradisional memproduksi berbagai obat tradisional yang berguna untuk terapi suatu penyakit. Obat tradisional ini sebagian telah diproduksi dalam bentuk ekstrak bahan alam, bahkan sebagian dalam bentuk fitofarmaka. Obat tradisional tersebut antara lain adalah jamu keputihan, jamu batuk, jamu sesak napas, jamu gatal, jamu bau badan, jamu cacingan, jamu eksim, jamu encok/rematik, jamu pilek/flu, jamu sakit kuning, jamu sembelit, jamu mencret, jamu ulu hati/ gastritis, jamu wasir/haemorhoid, dan lain-lain. Secara lengkap, nama jamu dan kegunaannya lihat lampiran 2.
Komposisi bahan penyusun jamu
Menyusun komposisi bahan penyusun jamu dapat dilakukan dengan memperhatikan manfaat yang akan diambil dari ramuan yang dibuat serta kegunaan dari masing-masing simplisia penyusun jamu terebut. Tujuan pemanfaatan jamu untuk suatu jenis keadaan tertentu harus memperhatikan keluhan yang biasa dialami pada kondisi tersebut. Misalkan pada orang hamil tua sering mengalami kejang pada kaki, badan mudah lelah, dan lain sebagainya; penderita rematik biasa mengeluhkan nyeri pada persendian.
Keterbatasan yang dijumpai dalam penyusunan komposisi jamu adalah takaran dari masing-masing simplisia maupun dosis sediaan. Penelitian ilmiah dalam hal ini masih sangat kurang sehingga seringkali penetapan takaran maupun dosis hanya mengacu pada pengalaman peracik obat tradisional yang lain dan atas dasar kebiasaan penggunaan terdahulu. Beberapa jenis obat tradisional dengan komposisi bahan yang dibutuhkan disampaikan dalam lampiran 3.
Simplisia dan kegunaan
Indonesia yang terletak di katulistiwa sangat kaya akan jenis tanaman. Di antara puluhan ribu jenis tanaman yang telah diketahui mempunyai khasiat obat adalah sekitar 940 jenis, sedangkan dari jumlah tersebut yang sudah dimanfaatkan dalam industri jamu baru sekitar 250 jenis. Dari jenis simplisia yang umum digunakan oleh industri jamu, ada beberapa tanaman yang mempunyai kegunaan yang mirip satu dengan lainnya meskipun pasti juga terdapat perbedaan mengingat kandungan bahan berkhasiat antara satu tanaman dengan lainnya tidak dapat sama. Bahkan, untuk jenis tanaman yang sama, masih ada kemungkinanan kadar bahan berkhasiat yang terkandung tidak sama persis mengingat adanya pengaruh dari tanah tempat tumbuh, iklim, dan perlakuan, misalnya pemupukan .
Pengetahuan tentang kegunaan masing-masing simplisia sangat penting. Dengan diketahui kegunaan masing-masing simplisia, diharapkan tidak terjadi tumpang tindih pemanfaatan tanaman obat serta dapat mencarikan alternatif pengganti yang tepat apabila simplisia yang dibutuhkan ternyata tidak dapat diperoleh.
Penelitian yang telah dilakukan terhadap simplisia penyusun obat tradisional
Obat tradisional terdiri dari berbagai jenis tanaman dan bagian tanaman. Sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional maka obat tradisional yang terbukti berkhasiat perlu dimanfaatkan dan ditingkatkan kualitasnya. Untuk dapat membuktikan khasiatnya, sampai saat ini telah banyak dilakukan penelitian. Tetapi, masih bersifat pendahuluan dan masih sangat sedikit percobaan dilakukan sampai fase penelitian klinik. Penelitian yang telah dilakukan terhadap tanaman obat sangat membantu dalam pemilihan bahan baku obat tradisional. Pengalaman empiris ditunjang dengan penelitian semakin memberikan keyakinan akan khasiat dan keamanan obat tradisional. Perincian penelitian yang telah dilakukan terhadap kegunaan simplisia penyusun obat tradisional disampaikan pada lampiran 4.
Penutup
Telah disampaikan tentang peracikan obat tradisional dengan komposisi yang rasional. Contoh simplisia yang disampaikan dalam makalah ini tidak menutup pengetahuan dari literatur lain yang menunjang serta perkembangan penelitian yang lebih mutakhir. Oleh karena itu, penulis juga menganjurkan kepada pembaca yang berminat mendalami pengetahuan ini agar memperkaya dengan tambahan pengetahuan dari sumber-sumber lain. Pemahaman akan lebih baik lagi bila ditunjang dengan pengenalan tentang tanaman obat yang mudah dijumpai di wilayah masing-masing. Pengetahuan dan pemahaman tentang hal ini akan sangat berguna, khususnya bagi petugas kesehatan yang terlibat langsung dengan pembinaan dan pengawasan obat tradisional di wilayah kerjanya.
Daftar Pustaka
Abdul Hanan. Beberapa catatan tentang sambiloto. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 3 Nomor 1, 1996. p. 19-20.
Adjirni, Dzulkarnain B., Sa’roni. Penelitian Toksisitas Akut dan subkronik dari kayu angin pada hewan percobaan. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 1 No. 4, 1992, p. 22-24.
Anas Subarnas, Sidik. Phyllathus niruri Linn, Kimia, Farmakologi dan penggunaannya sebagai obat t5radisional. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 dan 4, 1993. p. 13-15.
Bambang Prayogo, Wahjo Dyatmiko, IGP Santa, Sutarjadi. Aktivitas antimikroba Daun Abrus precatorius. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 2, 1993. P. 49-50.
Budi Nuratmi, Adjirni, Dea Paramita. Beberapa penelitian Farmakologi Sambiloto. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 3 No. 1, 1996, p. 23-24.
Dea Paramita, Lucie Widowati, Budi Nuratmi, Informasi Khasiat Keamanan dan Fitokimia tanaman Tempuyung (Sonchus arvensis). Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 1, 1998, p. 21-22.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1993. Pedoman Rasionalisasi Komposisi Obat Tradisional. Edisi 1993. Jakarta: Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan.
Dzulkarnain B ; Wahjoedi B ; Sjamsuhidayat S dkk, , 1990. Hasil Penelitian Tanaman Obat di Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan R.I 1974 – 1989. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan R.I.
Hamzah, Retno L. Soebagyo, Widayat, Arief machien, Wahjo Dyatmiko. Efek Peluruh Kemih Ekstrak Meniran pada tikus. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 4, 1993, p. 22.
Handayani Lestari. Pemanfaatan Obat Tradisional dalam Menangani Masalah Kesehatan.
Hargono D. Beberapa Informasi Tentang Retrofracti Fructus. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol 1 No. 3, 1992, p. 4-7.
Herra Studiawan, Wahjo Dyatmiko. Isolasi dan Identifikasi Sterol dari ekstrak heksana biji kedawung (Parkia javanica). Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 5, 1993, p. 11-13.
Indriani Uno, Soedarminah, Ani Surasmini, HaryonoP, Dewa Ketut Meles. Efek kedawung pada sediaan Terpisah Usus Halus Marmut. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2, No. 5, 1993, p. 2-3.
Lida Yanti, Anggraeni, Yuningsih. Daya larut infus meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap batu kalsium. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol 2, No. 4, p. 23.
Merati Yuliarti ; Rosnita E ; Fitrileni, Hidayatullah , 1992. Penetapan Potensi Asam Usnat dalam scabicid Cream Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 6538 dan Streptococcus Pyogenes ATCC 12385. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol.1 Nomor 4, p. 14-16.
Muchsin darise, Burhanudin taebe. Isolasi dan Identifikasi strikhnin dan brusin dari bidara laut asal Maluku tenggara. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2, No. 1, 1993, p. 1-3.
Nurhayati S., Sri Rahayuningsih E. Identifikasi secara KLT Terhadap Cabe jawa (retrofracti Fructus) yang terkandung dalam 34 jamu. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 1, No. 3, 1992, p. 30-31.
Poeloengan M ; Dwi Rahayu R ; Harapini M ; Chairul , 1996. Diameter Daerah Hambat Yang Dibentuk Ekstrak Kencur Terhadap Pasteurella Multocida. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 3 Nomor 2, p. 14 -16.
Rita Rahayu, Chaerul, Mindarti, Masniari P. Penelitian Pendahuluan Pengaruh ekstrak Daun dan Biji saga manis (Abrus precatorius) terhadap beberapa jenis bakteri. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2, No. 2, 1993, p. 46-47.
Sa’roni ; Winarno Wien ; Adjirni ; Nuratmi.B , 1992. Beberapa Penelitian Efek farmakologi Cabe Jawa pada Hewan Percobaan. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 1 No.3, 1992, p. 1 - 4.
Soedjak N, dkk. Efek Farmakologi Daun Meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap otot polos usus halus secara terpisah pada kelinci. Sa’roni ; Winarno Wien ; Adjirni ; Nuratmi.B , 1992. Beberapa Penelitian Efek farmakologi Cabe Jawa pada Hewan Percobaan. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 4, 1993, p. 34.
Sudarso dkk. Penentuan LD50 Rebusan kayu Bidara (Strychnos ligustrina ) terhadap mencit. Sa’roni ; Winarno Wien ; Adjirni ; Nuratmi.B , 1992. Beberapa Penelitian Efek farmakologi Cabe Jawa pada Hewan Percobaan. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 1, 1993, p. 22-23.
Sukardiman. Standarisasi Biji Kedawung (Parkis biglobosa) menurut metode materia Medika Indonesia. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 5, 1993, p. 10-11.
Sutjipto, Johnny Ria Hutapea. Identifikasi Mikroskopik daun tempuyung (Sonchus arvensis). Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 3, 1993, p. 20.
Suwidjijo Pramono, Sumarno, Sri Wahyono. Flavonoid Daun Sonchus arvensis L. senyawa pembentuk kompleks dengan batu ginjal berkalsium. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 3, 1993, p. 5-7.
Teguh Wahyudi, Retno L. Soebagyo, haryanto Husein, Soedjak, Andriati. Eksplorasi Toksisitas akut infusum biji Kedawung. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 5, 1993, p. 3-4.
Wahjoedi B, Pudjiastuti. Beberapa Informasi efek farmakologi bidara laut (Strychnos ligustrina BI) pada hewan percobaan. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 1, 1993, p. 20-21.
Wien Winarno, Dian Sundari, Dea paramita. Beberapa informasi penelitian khasiat keamanan dan fitokimia tanaman meniran (Phyllanthus niruri L). Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 4, 1993, p. 24-25.
Wuryaningsih L ; Rarome Mutiara ; Tri windono , 1996. Uji Analgesik Ekstrak Etanol kering Rimpang Kencur Asal Purwodadi pada mencit Dengan Metode Geliat (Writhing Reflex Test). Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 3 Nomor 2, 1996, p. 24-25.
Yufri Aldi, Nelly C. Sugiarso, Andreanus AS, Anna Setiadi. Uji efek antihistaminergik dari tanaman sambiloto. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 3 Nomor 1, 1996, p. 17-19.
Yun Astuti ; Sundari Dian ; Winarno W , 1996. Tanaman Kencur (Kaemferia galanga L). Informasi Tentang Fitokimia dan Efek Farmakologi. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 3
Meracik Obat Tradisional Secara Rasional
LESTARI HANDAYANI DAN SUHARMIATI
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan dan Teknologi Kesehatan
--------------------------------------------------------------------------------
Pendahuluan
Obat tradisional telah dikenal secara turun menurun dan digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan. Pemanfaatan obat tradisional pada umumnya lebih diutamakan sebagai upaya menjaga kesehatan atau preventif meskipun ada pula upaya sebagai pengobatan suatu penyakit. Dengan semakin berkembangnya obat tradisional, ditambah dengan gema kembali ke alam, telah meningkatkan popularitas obat tradisional. Hal ini terbukti dari semakin banyaknya industri jamu dan industri farmasi yang memproduksi obat tradisional untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Industri jamu atau industri farmasi berlomba-lomba memproduksi obat tradisional secara moderen dengan mengikuti proses produksi menggunakan mesin-mesin moderen. Di satu sisi, masih banyak industri rumah tangga yang memproduksi obat tradisional secara sederhana dengan menerapkan resep-resep kuno yang dipercayai bermanfaat untuk kesehatan. Beberapa keterbatasan dari obat tradisional adalah masih kurangnya penelitian ilmiah yang menunjang pemahaman tentang cara kerja obat tradisional dalam tubuh manusia. Penelitian yang sudah banyak dilakukan lebih pada penelitian masing-masing tanaman obat. Itupun dengan penelitian yang terbatas pada beberapa fokus penelitian dan bukan penelitian yang mengupas secara tuntas tentang satu tanaman obat. Kita ketahui bahwa jamu Indonesia merupakan racikan dari berbagai tanaman obat yang terkadang jumlahnya cukup mengejutkan karena tersusun dari 40 macam simplisia. Banyaknya jumlah simplisia penyusun akan menimbulkan kesulitan pada pelaksanaan uji dari berbagai aspek penelitian terhadap jamu.
Meskipun secara empiris jamu terbukti cukup aman dikonsumsi manusia mengingat pemanfaatan yang sudah diterapkan masyarakat selama ini, pembuktian ilmiah tetap merupakan tuntutan. Peraturan tentang pembatasan jumlah simplisia penyusun jamu merupakan salah satu langkah membina produsen jamu agar meracik jamu secara rasional dalam rangka mengurangi kemungkinan efek samping dan memudahkan penelitian penunjang apabila jamu tersebut akan dikembangkan menjadi fitofarmaka. Masyarakat sebagai konsumen obat tradisional menghendaki perlindungan terhadap praktik-praktik penyalahgunaan obat tradisional yang dapat membahayakan kesehatan. Pemerintah dalam hal ini mempunyai kewajiban untuk mengatur kedua pihak, yaitu produsen dan konsumen agar sama-sama dalam posisi yang menguntungkan. Oleh karena itu, pengetahuan tentang meracik obat yang rasional merupakan bahasan dengan maksud untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang bagaimana seharusnya komposisi obat tradisional yang rasional pada jamu yang banyak beredar di masyarakat.
Jenis Obat Tradisional
Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM) yang kemudian beralih menjadi Badan POM mempunyai tanggung jawab dalam peredaran obat tradisional di masyarakat. Obat tradisional Indonesia semula hanya dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu obat tradisional atau jamu dan fitofarmaka. Namun, dengan semakin berkembangnya teknologi, telah diciptakan peralatan berteknologi tinggi yang membantu proses produksi sehingga industri jamu maupun industri farmasi mampu membuat jamu dalam bentuk ekstrak. Namun, sayang pembuatan sediaan yang lebih praktis ini belum diiringi dengan penelitian sampai dengan uji klinik. Dengan keadaan tersebut maka obat tradisional sebenarnya dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu jamu, obat ekstrak alam, dan fitofarmaka.
Jamu (Empirical based herbal medicine)
Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional. Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5 – 10 macam bahkan lebih. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu yang telah digunakan secara turun-menurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu.
Ekstrak Bahan Alam (Scientific based herbal medicine)
Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan tehnologi maju, jenis ini pada umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik seperti standart kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan ekstrak tanaman obat, standart pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.
Fitofarmaka (Clinical based herbal medicine)
Merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat disejajarkan dengan obat moderen karena proses pembuatannya yang telah terstandar, ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia. Oleh karena itu, dalam pembuatannya memerlukan tenaga ahli dan biaya yang besar ditunjang dengan peralatan berteknologi moderen.
Sumber Perolehan Obat Tradisional
Obat tradisional dapat diperoleh dari berbagai sumber sebagai pembuat atau yang memproduksi obat tradisional, yang dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Obat tradisional buatan sendiri
Obat tradisional jenis ini merupakan akar dari pengembangan obat tradisional di Indonesia saat ini. Pada zaman dahulu, nenek moyang kita mempunyai kemampuan untuk menyediakan ramuan obat tradisional yang digunakan untuk keperluan keluarga. Cara ini kemudian terus dikembangkan oleh pemerintah dalam bentuk program TOGA. Dengan adanya program TOGA diharapkan masyarakat mampu menyediakan baik bahan maupun sediaan jamu yang dapat dimanfaatkan dalam upaya menunjang kesehatan keluarga. Program TOGA lebih mengarah kepada self care untuk menjaga kesehatan anggota keluarga serta penanganan penyakit ringan yang dialami oleh anggota keluarga.
Program TOGA bertujuan untuk menyediakan obat dalam rangka penanganan kesehatan sendiri. Dengan kemampuan pengetahuan serta pendidikan mayarakat yang bervariasi, program ini mengajarkan pengetahuan peracikan jamu serta penggunaannya secara sederhana tetapi aman untuk dikonsumsi. Sumber tanaman diharapkan disediakan oleh masyarakat sendiri, baik secara individu, keluarga, maupun kolektif dalam suatu lingkungan masyarakat. Namun, tidak tertutup kemungkinan bahan baku dibeli dari pasar tradisional yang banyak menjual bahan jamu yang pada umumnya juga merupakan bahan untuk keperluan bumbu dapur masakan asli Indonesia. Pelaksanaan program TOGA diharapkan melibatkan peran aktif seluruh anggota masyarakat yang terwakili oleh ibu rumah tangga, dibimbing dan dibina oleh puskesmas setempat.
Obat tradisional berasal dari pembuat jamu /Herbalist
Membuat jamu merupakan salah satu profesi yang jumlahnya masih cukup banyak. Salah satunya adalah pembuat sekaligus penjual jamu gendong. Pembuat jamu gendong merupakan salah satu penyedia obat tradisional dalam bentuk cairan minum yang sangat digemari masyarakat. Jamu gendong sangat populer. Tidak hanya di pulau Jawa, tetapi juga dapat ditemui di berbagai pulau lain di Indonesia. Segala lapisan masyarakat sangat membutuhkan kehadirannya meskipun tidak dapat dipungkiri lebih banyak dari masyarakat lapisan bawah yang menggunakan jasa mereka. Selain jamu gendong yang umum dijual seperti kunir asam, sinom, mengkudu, pahitan, beras kencur, cabe puyang, dan gepyokan, mereka juga mampu menyediakan jamu khusus sesuai pesanan. Misalnya, jamu habis bersalin, jamu untuk mengobati keputihan, dll. Akhir-akhir ini, dengan adanya jamu-jamu industri seringkali kita jumpai penjual jamu gendong menyediakan jamu serbuk buatan industri untuk dikonsumsi bersamaan dengan jamu gendong yang mereka sediakan.
Selain pembuat jamu gendong, peracik tradisional masih dapat dijumpai di Jawa Tengah. Mereka berada di pasar-pasar tradisional menyediakan jamu sesuai kebutuhan konsumen. Bentuk jamu pada umumnya sejenis jamu gendong, namun lebih mempunyai kekhususan untuk pengobatan penyakit atau keluhan kesehatan tertentu. Peracik jenis ini tampaknya sudah semakin berkurang jumlahnya dan kalah bersaing dengan industri yang mampu menyediakan jamu dalam bentuk yang lebih praktis.
Tabib lokal masih dapat kita jumpai meskipun jumlahnya tidak banyak. Mereka melaksanakan praktik pengobatan dengan menyediakan ramuan dengan bahan alam yang berasal dari bahan lokal. Ilmu ketabiban seringkali diperoleh dengan cara bekerja sambil belajar kepada tabib yang telah berpraktik. Di beberapa kota, telah dapat dijumpai pendidikan tabib berupa kursus yang telah dikelola dengan baik dan diselenggarakan oleh tabib tertentu. Pada umumnya, selain pemberian ramuan, para tabib juga mengkombinasikannya dengan teknik lain seperti metode spiritual/agama atau supranatural.
Sinshe adalah pengobat tradisional yang berasal dari etnis Tionghoa yang melayani pengobatan menggunakan ramuan obat tradisional bersumber dari pengetahuan negera asal mereka, yaitu Cina. Pada umumnya mereka menggunakan bahan-bahan yang berasal dari Cina meskipun tidak jarang mereka juga mencampur dengan bahan lokal yang sejenis dengan yang mereka jumpai di Cina. Obat tradisional Cina berkembang dengan baik dan banyak diimport ke Indonesia untuk memenuhi kebutuhan obat yang dikonsumsi, tidak saja oleh pasien etnis Cina tetapi juga banyak dikonsumsi oleh pribumi. Kemudahan memperoleh bahan baku obat tradisional Cina dapat dilihat dari banyaknya toko obat Cina yang menyediakan sediaan jadi maupun menerima peracikan resep dari Sinshe. Selain memberikan obat tradisional yang disediakan sendiri maupun yang disediakan oleh toko obat, Sinshe pada umumnya mengkombinasikan ramuan dengan teknik lain seperti pijatan, akupresur, atau akupungkur.
Obat tradisional buatan industri.
Berdasarkan peraturan Departemen Kesehatan RI, industri obat tradisional dapat dikelompokkan menjadi industri kecil dan industri besar berdasar modal yang harus mereka miliki. Dengan semakin maraknya obat tradisional, tampaknya industri farmasi mulai tertarik untuk memproduksi obat tradisional. Tetapi, pada umumnya yang berbentuk sediaan moderen berupa ekstrak bahan alam atau fitofarmaka. Sedangkan industri jamu memproduksi lebih condong untuk memproduksi bentuk jamu yang sederhana meskipun akhir-akhir ini cukup banyak industri besar yang memproduksi jamu dalam bentuk sediaan moderen (tablet, kapsul, syrup dll.) dan bahkan fitofarmaka.
Komposisi Obat Tradisional yang Rasional
Dalam upaya pembinaan industri obat tradisional, pemerintah melalui Depkes telah memberikan petunjuk pembuatan obat tradisional dengan komposisi rasional melalui pedoman rasionalisasi komposisi obat tradisional dan petunjuk formularium obat tradisional. Hal ini terkait dengan masih banyaknya ditemui penyusunan obat tradisional yang tidak rasional (irrasional) ditinjau dari jumlah bahan penyusunnya. Sejumlah simplisia penyusun obat tradisional tersebut seringkali merupakan beberapa simplisia yang mempunyai khasiat yang sama. Oleh karena itu, perlu diketahui racikan simplisia yang rasional agar ramuan obat yang diperoleh mempunyai khasiat sesuai maksud pembuatan jamu tersebut.
Komposisi obat tradisional/yang biasa diproduksi oleh industri jamu dalam bentuk jamu sederhana pada umumnya tersusun dari bahan baku yang sangat banyak dan bervariasi. Sedang bentuk obat ekstrak alam dan fitofarmaka pada umumnya tersusun dari simplisia tunggal atau maksimal 5 macam jenis bahan tanaman obat. Pada pembahasan ini lebih ditekankan pada penyusunan obat tradisional bentuk sederhana atau jamu, mengingat cukup banyak komposisi jamu yang irrasional seperti penggunaan bahan dengan khasiat sejenis pada satu ramuan, penggunaan simplisia yang tidak sesuai dengan manfaat yang diharapkan, dll. Agar dapat disusun suatu komposisi obat tradisional maka beberapa hal yang perlu diketahui adalah:
Nama umum obat tradisional/jamu
Jamu yang diproduksi pada umumnya mempunyai tujuan pemanfaatan yang tercermin dari nama umum jamu. Perlu diketahui bahwa terdapat peraturan tentang penandaan obat tradisional. Jamu yang diproduksi dan didistribusikan kepada konsumen harus diberi label yang menjelaskan tentang obat tradisional tersebut, di antaranya tentang manfaat atau khasiat jamu. Penjelasan tentang manfaat jamu hanya boleh disampaikan dalam bentuk mengurangi atau menghilangkan keluhan atau gejala yang dialami seseorang dan bukan menyembuhkan suatu diagnosis penyakit.
Secara umum, jamu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu yang bertujuan untuk menjaga kesehatan atau promotif dan mencegah dari kesakitan, serta jamu yang dimanfaatkan untuk mengobati keluhan penyakit. Nama umum jamu yang banyak diproduksi oleh industri serta tujuan pemanfaatnya antara lain adalah:
Tujuan promotif atau preventif
Ada beberapa macam jenis jamu dengan tujuan preventif dan promotif yang beredar di pasaran. Jamu tersebut diproduksi oleh industri obat tradisional baik besar maupun kecil. Nama jamu tersebut antara lain jamu anton-anton tua atau anton-anton muda, jamu habis bersalin, jamu ASI, jamu haid teratur, jamu berhenti haid, jamu jerawat, jamu penambah nafsu makan, jamu subur peranakan, dan jamu masa berhenti haid (menopause). Lihat lampiran 1.
Tujuan kuratif
Jamu dengan tujuan untuk menyembuhkan penyakit atau menghilangkan gejala penyakit cukup banyak dijumpai. Bahkan, saat ini industri farmasi bersaing dengan industri obat tradisional memproduksi berbagai obat tradisional yang berguna untuk terapi suatu penyakit. Obat tradisional ini sebagian telah diproduksi dalam bentuk ekstrak bahan alam, bahkan sebagian dalam bentuk fitofarmaka. Obat tradisional tersebut antara lain adalah jamu keputihan, jamu batuk, jamu sesak napas, jamu gatal, jamu bau badan, jamu cacingan, jamu eksim, jamu encok/rematik, jamu pilek/flu, jamu sakit kuning, jamu sembelit, jamu mencret, jamu ulu hati/ gastritis, jamu wasir/haemorhoid, dan lain-lain. Secara lengkap, nama jamu dan kegunaannya lihat lampiran 2.
Komposisi bahan penyusun jamu
Menyusun komposisi bahan penyusun jamu dapat dilakukan dengan memperhatikan manfaat yang akan diambil dari ramuan yang dibuat serta kegunaan dari masing-masing simplisia penyusun jamu terebut. Tujuan pemanfaatan jamu untuk suatu jenis keadaan tertentu harus memperhatikan keluhan yang biasa dialami pada kondisi tersebut. Misalkan pada orang hamil tua sering mengalami kejang pada kaki, badan mudah lelah, dan lain sebagainya; penderita rematik biasa mengeluhkan nyeri pada persendian.
Keterbatasan yang dijumpai dalam penyusunan komposisi jamu adalah takaran dari masing-masing simplisia maupun dosis sediaan. Penelitian ilmiah dalam hal ini masih sangat kurang sehingga seringkali penetapan takaran maupun dosis hanya mengacu pada pengalaman peracik obat tradisional yang lain dan atas dasar kebiasaan penggunaan terdahulu. Beberapa jenis obat tradisional dengan komposisi bahan yang dibutuhkan disampaikan dalam lampiran 3.
Simplisia dan kegunaan
Indonesia yang terletak di katulistiwa sangat kaya akan jenis tanaman. Di antara puluhan ribu jenis tanaman yang telah diketahui mempunyai khasiat obat adalah sekitar 940 jenis, sedangkan dari jumlah tersebut yang sudah dimanfaatkan dalam industri jamu baru sekitar 250 jenis. Dari jenis simplisia yang umum digunakan oleh industri jamu, ada beberapa tanaman yang mempunyai kegunaan yang mirip satu dengan lainnya meskipun pasti juga terdapat perbedaan mengingat kandungan bahan berkhasiat antara satu tanaman dengan lainnya tidak dapat sama. Bahkan, untuk jenis tanaman yang sama, masih ada kemungkinanan kadar bahan berkhasiat yang terkandung tidak sama persis mengingat adanya pengaruh dari tanah tempat tumbuh, iklim, dan perlakuan, misalnya pemupukan .
Pengetahuan tentang kegunaan masing-masing simplisia sangat penting. Dengan diketahui kegunaan masing-masing simplisia, diharapkan tidak terjadi tumpang tindih pemanfaatan tanaman obat serta dapat mencarikan alternatif pengganti yang tepat apabila simplisia yang dibutuhkan ternyata tidak dapat diperoleh.
Penelitian yang telah dilakukan terhadap simplisia penyusun obat tradisional
Obat tradisional terdiri dari berbagai jenis tanaman dan bagian tanaman. Sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional maka obat tradisional yang terbukti berkhasiat perlu dimanfaatkan dan ditingkatkan kualitasnya. Untuk dapat membuktikan khasiatnya, sampai saat ini telah banyak dilakukan penelitian. Tetapi, masih bersifat pendahuluan dan masih sangat sedikit percobaan dilakukan sampai fase penelitian klinik. Penelitian yang telah dilakukan terhadap tanaman obat sangat membantu dalam pemilihan bahan baku obat tradisional. Pengalaman empiris ditunjang dengan penelitian semakin memberikan keyakinan akan khasiat dan keamanan obat tradisional. Perincian penelitian yang telah dilakukan terhadap kegunaan simplisia penyusun obat tradisional disampaikan pada lampiran 4.
Penutup
Telah disampaikan tentang peracikan obat tradisional dengan komposisi yang rasional. Contoh simplisia yang disampaikan dalam makalah ini tidak menutup pengetahuan dari literatur lain yang menunjang serta perkembangan penelitian yang lebih mutakhir. Oleh karena itu, penulis juga menganjurkan kepada pembaca yang berminat mendalami pengetahuan ini agar memperkaya dengan tambahan pengetahuan dari sumber-sumber lain. Pemahaman akan lebih baik lagi bila ditunjang dengan pengenalan tentang tanaman obat yang mudah dijumpai di wilayah masing-masing. Pengetahuan dan pemahaman tentang hal ini akan sangat berguna, khususnya bagi petugas kesehatan yang terlibat langsung dengan pembinaan dan pengawasan obat tradisional di wilayah kerjanya.
Daftar Pustaka
Abdul Hanan. Beberapa catatan tentang sambiloto. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 3 Nomor 1, 1996. p. 19-20.
Adjirni, Dzulkarnain B., Sa’roni. Penelitian Toksisitas Akut dan subkronik dari kayu angin pada hewan percobaan. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 1 No. 4, 1992, p. 22-24.
Anas Subarnas, Sidik. Phyllathus niruri Linn, Kimia, Farmakologi dan penggunaannya sebagai obat t5radisional. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 dan 4, 1993. p. 13-15.
Bambang Prayogo, Wahjo Dyatmiko, IGP Santa, Sutarjadi. Aktivitas antimikroba Daun Abrus precatorius. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 2, 1993. P. 49-50.
Budi Nuratmi, Adjirni, Dea Paramita. Beberapa penelitian Farmakologi Sambiloto. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 3 No. 1, 1996, p. 23-24.
Dea Paramita, Lucie Widowati, Budi Nuratmi, Informasi Khasiat Keamanan dan Fitokimia tanaman Tempuyung (Sonchus arvensis). Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 1, 1998, p. 21-22.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1993. Pedoman Rasionalisasi Komposisi Obat Tradisional. Edisi 1993. Jakarta: Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan.
Dzulkarnain B ; Wahjoedi B ; Sjamsuhidayat S dkk, , 1990. Hasil Penelitian Tanaman Obat di Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan R.I 1974 – 1989. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi, badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan R.I.
Hamzah, Retno L. Soebagyo, Widayat, Arief machien, Wahjo Dyatmiko. Efek Peluruh Kemih Ekstrak Meniran pada tikus. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 4, 1993, p. 22.
Handayani Lestari. Pemanfaatan Obat Tradisional dalam Menangani Masalah Kesehatan.
Hargono D. Beberapa Informasi Tentang Retrofracti Fructus. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol 1 No. 3, 1992, p. 4-7.
Herra Studiawan, Wahjo Dyatmiko. Isolasi dan Identifikasi Sterol dari ekstrak heksana biji kedawung (Parkia javanica). Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 5, 1993, p. 11-13.
Indriani Uno, Soedarminah, Ani Surasmini, HaryonoP, Dewa Ketut Meles. Efek kedawung pada sediaan Terpisah Usus Halus Marmut. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2, No. 5, 1993, p. 2-3.
Lida Yanti, Anggraeni, Yuningsih. Daya larut infus meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap batu kalsium. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol 2, No. 4, p. 23.
Merati Yuliarti ; Rosnita E ; Fitrileni, Hidayatullah , 1992. Penetapan Potensi Asam Usnat dalam scabicid Cream Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 6538 dan Streptococcus Pyogenes ATCC 12385. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol.1 Nomor 4, p. 14-16.
Muchsin darise, Burhanudin taebe. Isolasi dan Identifikasi strikhnin dan brusin dari bidara laut asal Maluku tenggara. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2, No. 1, 1993, p. 1-3.
Nurhayati S., Sri Rahayuningsih E. Identifikasi secara KLT Terhadap Cabe jawa (retrofracti Fructus) yang terkandung dalam 34 jamu. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 1, No. 3, 1992, p. 30-31.
Poeloengan M ; Dwi Rahayu R ; Harapini M ; Chairul , 1996. Diameter Daerah Hambat Yang Dibentuk Ekstrak Kencur Terhadap Pasteurella Multocida. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 3 Nomor 2, p. 14 -16.
Rita Rahayu, Chaerul, Mindarti, Masniari P. Penelitian Pendahuluan Pengaruh ekstrak Daun dan Biji saga manis (Abrus precatorius) terhadap beberapa jenis bakteri. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2, No. 2, 1993, p. 46-47.
Sa’roni ; Winarno Wien ; Adjirni ; Nuratmi.B , 1992. Beberapa Penelitian Efek farmakologi Cabe Jawa pada Hewan Percobaan. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 1 No.3, 1992, p. 1 - 4.
Soedjak N, dkk. Efek Farmakologi Daun Meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap otot polos usus halus secara terpisah pada kelinci. Sa’roni ; Winarno Wien ; Adjirni ; Nuratmi.B , 1992. Beberapa Penelitian Efek farmakologi Cabe Jawa pada Hewan Percobaan. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 4, 1993, p. 34.
Sudarso dkk. Penentuan LD50 Rebusan kayu Bidara (Strychnos ligustrina ) terhadap mencit. Sa’roni ; Winarno Wien ; Adjirni ; Nuratmi.B , 1992. Beberapa Penelitian Efek farmakologi Cabe Jawa pada Hewan Percobaan. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 1, 1993, p. 22-23.
Sukardiman. Standarisasi Biji Kedawung (Parkis biglobosa) menurut metode materia Medika Indonesia. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 5, 1993, p. 10-11.
Sutjipto, Johnny Ria Hutapea. Identifikasi Mikroskopik daun tempuyung (Sonchus arvensis). Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 3, 1993, p. 20.
Suwidjijo Pramono, Sumarno, Sri Wahyono. Flavonoid Daun Sonchus arvensis L. senyawa pembentuk kompleks dengan batu ginjal berkalsium. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 3, 1993, p. 5-7.
Teguh Wahyudi, Retno L. Soebagyo, haryanto Husein, Soedjak, Andriati. Eksplorasi Toksisitas akut infusum biji Kedawung. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 5, 1993, p. 3-4.
Wahjoedi B, Pudjiastuti. Beberapa Informasi efek farmakologi bidara laut (Strychnos ligustrina BI) pada hewan percobaan. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 1, 1993, p. 20-21.
Wien Winarno, Dian Sundari, Dea paramita. Beberapa informasi penelitian khasiat keamanan dan fitokimia tanaman meniran (Phyllanthus niruri L). Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 2 No. 4, 1993, p. 24-25.
Wuryaningsih L ; Rarome Mutiara ; Tri windono , 1996. Uji Analgesik Ekstrak Etanol kering Rimpang Kencur Asal Purwodadi pada mencit Dengan Metode Geliat (Writhing Reflex Test). Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 3 Nomor 2, 1996, p. 24-25.
Yufri Aldi, Nelly C. Sugiarso, Andreanus AS, Anna Setiadi. Uji efek antihistaminergik dari tanaman sambiloto. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 3 Nomor 1, 1996, p. 17-19.
Yun Astuti ; Sundari Dian ; Winarno W , 1996. Tanaman Kencur (Kaemferia galanga L). Informasi Tentang Fitokimia dan Efek Farmakologi. Warta Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 3
Thursday, September 07, 2006
Cerita-cerita aja
Sekarang udah bulan september lagi ya...
kehidupan terasa begitu cepat ..
anakku udah mau umur 2 tahun bulan depan..
sekarang lagi belajar ngomong tuh ...musti hati-hati sekarang kalau ngomong..hihii..anakku sekarang udah hampir sempurna niruin jadi gak usah dicadel-cadelin...misalnya niruin bunyi tokek..atau ayam...tokotokotok tokek katanya....
ooh pada mau liat fotonya ada di blog ini atau kalau mau liat lebih banyak ada di http://bayihamka.blogspot.com
bayiku termasuk lincah...dan tak seorang pun yang menyangka bahwa dia gak pernah dikasih asi..
bukannya aku gak merekomendasikan asi...asi is great...paling bagus..akupun menyesal gak kasih asi..mungkin kalau aku kasih asi b ayiku lebih sehat lg...tapi aku ada dalam suatu kondisi yang waktu itu lemah...jadi udah lah aku udah berusaha tapi waktu itu aku lagi lemah..(ingat kan waktu itu aku dicesar dan harus dioperasi karena mioma atau tumor jinak)..terus kondisiku gak seperti yang lain..lama sembuhnya...
tapi aku dibantu ibuku yang udah pengalaman..beliau telaten sekali ...dikasih susu sampai gemuk...dan sehat..setelah berbulan-bulan dikasih bubur, pepaya, pisang, buah-buahan lain, aku juga suka kasih madu, terus kasih vitamin Zinc dari tianshi (untuk kondisi badannya)..berbulan-bulan ada kali 6 bulan...anakku senang sekali buah...dan sayur...
disini kalau aku bisa ulang sekali dan dikasih kesempatan pengen deh aku kasih ASI untuk anakku...kenapa ?karena dengan ASI aku gak usah deg-degan dengan segala perawatan terbaik...tapi ada artinya juga karena anakku dikasih perawatan terbaik jadi jarang sakit dan sehat...lincah pula...
disini untuk para wanita yang seperti aku alias gak kasih ASI karena kondisi lemah atau suatu hal(tapi bukan disengaja loh) aku kasih Tips:
1. Kasih Susu yang cocok cari susu formula yang cocok sesuai umurnya, cari cocok jangan cuma cari mahalnya aja...susu harus cocok karena kalau gak bisa masuk rumah sakit saya pernah punya pengalaman yang mahal karena dikasih susu mahal tapi gak cocok dengan umur akhirnya bayi saya sakit panas dan buang air selama 2 mi nggu terpaksa dibawa ke rs malam taun baru lg, ada ceritanya di blog ini
2. Jaga kebersihan botol susu
3. Berikan Makanan pendamping seperti bubur dan buah kalau sudah waktunya, konsultasi sama bidan atau dokter
4. Berikan kasih sayang yang sama dan perhatian
5. Berikan Vitamin yang cukup (seperti aku kasih madu, juga Zinc from Tianshi dan Kalsium 3 juga)
6. Berikan Sinar Matahari setiap pagi sebelum jam 8 karena mengandung Vitamin D dan juga baik untuk kesehatan itu yang saya lakukan sampai sekarang alhamdulillah jarang sakit (padahal waktu baru lahir bayi kuning loh), saya juga suka kasih aktivitas fisik di luar jadi bayi gak gampang sakit
udah deh kayaknya itu udah cukup, ini cuma sharing aja kok, selamat menikmati dan oooh ya bentar lagi ramadhan , kalau bulan puasa jangan lupa saur dan buka minum air yang cukup terus jangan lupa sayur dan buah biar badan kuat...juice jg bagus deh
kehidupan terasa begitu cepat ..
anakku udah mau umur 2 tahun bulan depan..
sekarang lagi belajar ngomong tuh ...musti hati-hati sekarang kalau ngomong..hihii..anakku sekarang udah hampir sempurna niruin jadi gak usah dicadel-cadelin...misalnya niruin bunyi tokek..atau ayam...tokotokotok tokek katanya....
ooh pada mau liat fotonya ada di blog ini atau kalau mau liat lebih banyak ada di http://bayihamka.blogspot.com
bayiku termasuk lincah...dan tak seorang pun yang menyangka bahwa dia gak pernah dikasih asi..
bukannya aku gak merekomendasikan asi...asi is great...paling bagus..akupun menyesal gak kasih asi..mungkin kalau aku kasih asi b ayiku lebih sehat lg...tapi aku ada dalam suatu kondisi yang waktu itu lemah...jadi udah lah aku udah berusaha tapi waktu itu aku lagi lemah..(ingat kan waktu itu aku dicesar dan harus dioperasi karena mioma atau tumor jinak)..terus kondisiku gak seperti yang lain..lama sembuhnya...
tapi aku dibantu ibuku yang udah pengalaman..beliau telaten sekali ...dikasih susu sampai gemuk...dan sehat..setelah berbulan-bulan dikasih bubur, pepaya, pisang, buah-buahan lain, aku juga suka kasih madu, terus kasih vitamin Zinc dari tianshi (untuk kondisi badannya)..berbulan-bulan ada kali 6 bulan...anakku senang sekali buah...dan sayur...
disini kalau aku bisa ulang sekali dan dikasih kesempatan pengen deh aku kasih ASI untuk anakku...kenapa ?karena dengan ASI aku gak usah deg-degan dengan segala perawatan terbaik...tapi ada artinya juga karena anakku dikasih perawatan terbaik jadi jarang sakit dan sehat...lincah pula...
disini untuk para wanita yang seperti aku alias gak kasih ASI karena kondisi lemah atau suatu hal(tapi bukan disengaja loh) aku kasih Tips:
1. Kasih Susu yang cocok cari susu formula yang cocok sesuai umurnya, cari cocok jangan cuma cari mahalnya aja...susu harus cocok karena kalau gak bisa masuk rumah sakit saya pernah punya pengalaman yang mahal karena dikasih susu mahal tapi gak cocok dengan umur akhirnya bayi saya sakit panas dan buang air selama 2 mi nggu terpaksa dibawa ke rs malam taun baru lg, ada ceritanya di blog ini
2. Jaga kebersihan botol susu
3. Berikan Makanan pendamping seperti bubur dan buah kalau sudah waktunya, konsultasi sama bidan atau dokter
4. Berikan kasih sayang yang sama dan perhatian
5. Berikan Vitamin yang cukup (seperti aku kasih madu, juga Zinc from Tianshi dan Kalsium 3 juga)
6. Berikan Sinar Matahari setiap pagi sebelum jam 8 karena mengandung Vitamin D dan juga baik untuk kesehatan itu yang saya lakukan sampai sekarang alhamdulillah jarang sakit (padahal waktu baru lahir bayi kuning loh), saya juga suka kasih aktivitas fisik di luar jadi bayi gak gampang sakit
udah deh kayaknya itu udah cukup, ini cuma sharing aja kok, selamat menikmati dan oooh ya bentar lagi ramadhan , kalau bulan puasa jangan lupa saur dan buka minum air yang cukup terus jangan lupa sayur dan buah biar badan kuat...juice jg bagus deh
Subscribe to:
Posts (Atom)